Selasa, 18 Juli 2017

Membayar Hutang

Dalam tulisannya Paulus menyatakan: Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Rm. 8:12-14). Jelas sekali bahwa orang percaya adalah orang berhutang. Dalam hal ini tidak ada sesuatu yang gratis sama sekali dalam kehidupan ini. Keselamatan adalah gratis, artinya penebusan berikut kuasa (exousia) atau sarana untuk dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula diberikan cuma-cuma. Kita memperolehnya tanpa terlebih dahulu berbuat baik atau melakukan jasa apa pun. Tetapi dalam menjalani atau mengerjakan keselamatan tersebut, kita harus berjuang (Flp. 2:12-13). Bukan sesuatu yang gratis, artinya tidak dapat terjadi atau berlangsung dengan sendirinya.

Dengan demikian orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamat mengalami penebusan dan menerima kuasa atau sarana keselamatan. Oleh sebab itu orang percaya harus mengerjakan proses dikembalikannya ke rancangan semula atau mengerjakan keselamatannya. Hal ini sama seperti hutang yang harus dibayar. Hutang di sini bukanlah hutang yang harus dibayar oleh Tuhan Yesus. Ini adalah hutang yang harus kita sendiri yang membayarnya. Tentu dalam pimpinan Roh Kudus.

Terkait dengan hal hutang ini kita harus menemukan dua jenis hutang. Pertama, hutang dosa yang hanya dapat dibayar oleh Tuhan Yesus di kayu salib; Tuhan Yesus membayar semua hutang akibat perbuatan dosa manusia. Semua akibat dosa dipikul oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Pengorbanan Tuhan Yesus selain memikul dosa manusia juga menyediakan sarana keselamatan. Di sini orang percaya menerima penebusan. Itulah sebabnya orang yang mengakui korban Yesus di kayu salib harus menggunakan sarana tersebut untuk menanggulangi kodrat dosa di dalam dirinya. Hukuman dosa dipikul Tuhan Yesus di kayu salib, tetapi hukum atau kodrat dosa dalam diri seseorang harus digarap bersama, yaitu oleh masing-masing individu bersama dengan Roh Kudus. Itulah sebabnya orang percaya harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus.

Dalam Roma 8:3, Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging. Dosa dilakukan dalam daging, maka daging juga yang harus memikul akibatnya. Tentu daging manusia, bukan daging binatang. Daging dan darah binatang hanya gambaran, simbol atau voucher dan tindakan profetis terhadap daging. Darah Anak Manusia, yaitu darah Tuhan Yesus, yang harus ditumpahkan sebagai solusi satu-satunya.

Hutang yang kedua, adalah hutang kita yang telah menerima penebusan oleh darah Yesus Kristus. Kalau Tuhan Yesus telah membayar hutang akibat dosa dan kesalahan kita, sekarang kita harus membayar hutang untuk hidup sesuai dengan maksud pembayaran hutang itu dilakukan oleh Yesus, yaitu agar kita hidup menurut roh. Hal ini sama dengan dikembalikan ke rancangan Allah semula. Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa semua hutang telah dibayar oleh Tuhan Yesus, sehingga orang percaya tidak perlu berbuat apa-apa lagi. Mereka merasa sudah selamat. Harus diperhatikan, kalau dikatakan bahwa kita adalah orang yang berhutang, berarti kita harus berbuat sesuatu untuk membayar hutang tersebut. Dalam teks aslinya kata hutang adalah opheiletes (ὀφειλέτης). Kata opheiletes bisa berarti one who owes another, a debtor, one held by some obligation, bound by some duty (Orang yang berhutang, seorang debitur, seorang yang memegang beberapa kewajiban, terikat oleh suatu tugas). Pada umumnya para penerjemah Alkitab menafsirkan sebagai a debtor (seorang yang berhutang).

Ketika seseorang mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, yaitu memuaskan daging atau keinginannya sendiri, pada waktu itulah ia berkesempatan untuk membayar hutangnya. Kesempatan berbuat dosa, bukanlah kesempatan untuk memuaskan daging, tetapi kesempatan untuk membayar hutang. Jadi, kepada orang yang dikasihi Tuhan, untuk dapat membayar hutangnya, maka ia akan memiliki banyak kesempatan (diberi Tuhan kesempatan) berbuat banyak hal yang dapat memuaskan dagingnya atau melakukan apa yang menyenangkan hatinya dengan berbagai hal. Hendaknya ia tidak mengikuti kehendak sendiri tersebut, tetapi menuruti kehendak Allah atau hidup menurut roh. Itulah kesempatan untuk membayar hutang dan menyukakan hati Tuhan.
-----------------------------------------------------

Sumber: www.truth-media.com