"Dusta"
Efesus 4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
Dewasa ini kejujuran dinilai mahal harganya, karena telah terjadi pergeseran nilai-nilai di tengah masyarakat sehingga seringkali orang yang jujur justru dimusuhi atau terasing dari komunitas yang menghalalkan dusta. Pendek kata, dusta kadang-kadang dianggap sebagai hal yang biasa dan wajar, apalagi terhadap apa yang dikategorikan sebagai “dusta atau bohong putih.”
Fakultas kedokteran “Temple University” pernah mengadakan penelitian menarik tentang kebohongan. Mereka membentuk dua kelompok. Para anggota kelompok pertama diminta menceritakan sebuah kebohongan. Sedangkan masing-masing orang dari kelompok kedua diminta untuk berkata benar. Selama aktivitas itu, respons otak mereka dianalisa dengan mesin MRI. Hasilnya mencengangkan, ternyata para pembohong mengaktifkan sembilan area di otaknya, sedangkan orang yang berkata jujur hanya memakai empat area. Untuk berdusta, ternyata otak bekerja dua kali lebih keras dibanding dengan berkata jujur. Namun kenyataannya, tidak jarang kita menemukan orang yang lebih suka berdusta daripada berkata apa adanya.
Menyadari hal-hal di atas seharusnya kita membuang segala dusta dari hidup kita dan mulai belajar untuk lebih jujur dalam segala hal dan aspek hidup. Ingatlah bahwa firman Tuhan mengatakan: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:37).
---------------------------------------------------
Sumber: www.mpgpps.org