Rabu, 23 Agustus 2017

Kemarahan TUHAN atas penyamun

Ayat bacaan: Yeremia 7:11
===================
"Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN."

Kata penyamun mungkin sudah jarang kita dengar. Tapi pada masanya, kata ini merupakan kata yang sering sekali dipakai untuk menggambarkan para pelaku kejahatan yang suka mencuri barang milik orang lain. Penjahat, perampok, perampas, maling, garong, begal, penjarah dan sejenisnya. Dalam karya sastra, film nasional tempo dulu, kata ini pun kerap kita temukan. Di laut dikenal istilah perompak dan bajak laut yang menunggu korban melintas di laut wilayah kekuasaan mereka lalu dijarah habis tanpa ampun. Itu pun kalau menurut akar katanya termasuk penyamun.

 Tidak jarang para penyamun ini tega bertindak kejam terhadap korbannya. Melukai bahkan membunuh tanpa ampun. Bayangkan kalau kita terjebak di dalam sarang penyamun, yaitu tepat dimana mereka menetap, berkumpul atau bersembunyi. Itu sangat berbahaya dan membuat kita beresiko kehilangan harta benda, bahkan nyawa.

Sangat menarik bahwa kata ini juga ditemukan di dalam Alkitab. Apakah untuk orang yang tidak percaya? Para penghujat? Pemungut cukai? Penjajah? Para penyembah ilah lain? Ternyata tidak. Kata penyamun justru ditujukan kepada sikap atau perilaku dari sebagian orang-orang percaya. Dan itu dikatakan bukan oleh nabi manapun melainkan oleh Yesus sendiri.

Orang percaya disebut penyamun oleh Yesus? Ya. Mari kita lihat apa yang menyebabkan Yesus mengatakan itu dalam sebuah peristiwa yang tertulis dalam Injil Matius 21:12-17. Perikop ini dengan jelas mencatat kemarahan Yesus ketika mendapati Bait Allah dipakai secara tidak pantas. Apa yang terjadi pada waktu itu benar-benar sudah keterlaluan. Gambarannya, bait Allah sudah seperti pasar saja layaknya, karena ada penjual dan pembeli berkumpul disana. Bukan saja penjual dan pembeli, tetapi meja-meja penukar uang atau kalau sekarang disebut money changer pun lengkap tersedia. Yesus pun menjungkir balikkan meja-meja dan bangku para pedagang disana, "dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."(Matius 21:13). Bait Allah, rumah doa, tapi malah dijadikan sarang penyamun. Bukankah itu keterlaluan?

Ada hal menarik yang bisa kita lihat dari kisah ini. Perhatikanlah, Yesus tidak marah ketika Dia difitnah, ditinggalkan, disiksa sedemikian rupa bahkan hingga disalib sampai mati. Diperlakukan diluar perikemanusiaan dengan sangat sadis seperti itu tidak membuatNYa marah. Tuhan Yesus bahkan meminta Tuhan mengampuni mereka. Satu-satunya hal yang membuat Yesus marah besar adalah ketika orang menjadikan Bait Allah sebagai tempat berdagang, tempat mencari untung.

Pertanyaannya, mengapa Yesus sampai marah seperti itu? Tinggal dibubarkan saja beres kan? Itu mungkin pikiran kita. Tapi mari kita lihat kenapa Yesus menjadi begitu marah. Jika kita perhatikan, Yesus mengatakan bahwa Bait Allah itu adalah diriNya sendiri. "Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri." (Yohanes 2:21). Dengan demikian jelaslah mengapa Yesus sampai harus marah ketika Dia melihat orang-orang berdagang alias mencari untung disana. Betapa tidak. Dia begitu mengasihi kita, dan rela menjalani semua rangkaian proses yang mengerikan demi menyelamatkan kita, tetapi alangkah keterlaluan ketika sebagian diantara kita sama sekali tidak menghargai itu semua malah sibuk mencari keuntungan diri sendiri.

Sadar atau tidak, faktanya memang seperti itu. Ada banyak orang yang memiliki tujuan dan agenda tersendiri ketika datang kepada Yesus dengan beribadah ke gereja. Ingin ditolong dari kesulitan finansial, ingin bisnisnya sukses, mencari jodoh dan lain-lain bisa menjadi dasar kedatangan mereka, bukan karena mengasihi Yesus. Yang lebih memperihatinkan lagi, ada gereja-gereja yang berpusat pada untung rugi duniawi dalam menjalankan misinya dengan menjanjikan segala sesuatu mulai dari berkat sampai kesembuhan sebagai alat 'promosi' mereka. Dan disana Yesus dipergunakan bagaikan sebuah produk yang menjanjikan keuntungan duniawi saja. Dan terhadap gereja atau oknum-oknum yang menjalankan fungsi bait Allah seperti layaknya pasar ini, Yesus benar-benar marah.

Memang benar, segala sesuatu bisa diberikan Tuhan. Tuhan bisa menyediakan itu semua, bukan hanya sekedar menyediakan tetapi menyediakannya secara berkelimpahan. Dan tentu saja, kita boleh meminta dan berharap datangnya pertolonganNya untuk melepaskan kita dari belenggu masalah. Tetapi alangkah kelirunya apabila kita menjadikan itu sebagai motivasi utama kita dalam mengikutiNya. Betapa kecewanya Yesus melihat sikap dan perilaku seperti ini dari manusia yang dikasihiNya. Tidaklah heran jika Dia kemudian menjadi begitu marah. Lalu sebutan sarang penyamun pun kemudian hadir dari Yesus sendiri ditujukan kepada orang-orang yang hanya sibuk mencari untung kepadaNya.

Kemarahan Yesus itu menggambarkan dengan jelas bagaimana murka Allah turun kepada orang-orang yang bersikap buruk seperti itu. Dalam Perjanjian Lama pun kita bisa melihat kemarahan Tuhan ketika BaitNya dijadikan sebagai sarang penyamun. "Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN." (Yeremia 7:11). Kasusnya sama, dan bagi Tuhan itu adalah sebuah pelanggaran berat yang membawa konsekuensi berat pula.

Di dalam Alkitab ada setidaknya beberapa hal yang akan terjadi pada kita apabila kita hidup menjadi sarang penyamun dan memperlakukan bait Allah dengan tidak pantas, yaitu:

- Tuhan akan melemparkan kita dari hadapanNya.
"Aku akan melemparkan kamu dari hadapan-Ku, seperti semua saudaramu, yakni seluruh keturunan Efraim, telah Kulemparkan." (Yeremia 7:15)

- Murka dan kemarahanNya akan tercurah secara menyala-nyala dan tidak padam-padam.
"Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Sesungguhnya, murka-Ku dan kehangatan amarah-Ku akan tercurah ke tempat ini, ke atas manusia, ke atas hewan, ke atas pohon-pohonan di padang dan ke atas hasil tanah; amarah itu akan menyala-nyala dengan tidak padam-padam." (Yeremia 7:20)

- Tuhan menjauhkan diriNya dari kita
"Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat, yaitu perbuatan-perbuatan kekejian yang besar-besar, yang dilakukan oleh kaum Israel di sini, sehingga Aku harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Ku? Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi."(Yehezkiel 8:6)

- Tuhan siap membalas dalam kemurkaanNya
"Oleh karena itu Aku akan membalas di dalam kemurkaan-Ku. Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan mendengarkan mereka." (Yehezkiel 8:18)

- Tidak lagi sayang kepada kita (Yehezkiel 8:18)

- Tidak lagi mau mendengarkan kita (Yehezkiel 8:18)

- Kemuliaan Tuhan meninggalkan kita (Yehezkiel 10:1-22)

Seperti itulah beratnya konsekuensi yang harus ditanggung apabila kita menjadi orang-orang yang mendasarkan hubungan kepada Tuhan dengan didasarkan pada tujuan untuk mencari untung semata. Kecenderungan manusia hari-hari ini adalah hanya memikirkan kehidupan di dunia ini yang sesungguhnya hanyalah sementara atau fana, lantas lupa untuk memikirkan kehidupan selanjutnya yang justru kekal.

Hari ini mari kita perhatikan benar motivasi kita ketika beribadah, ketika mencariNya dalam doa, perenungan, saat teduh maupun pujian dan penyembahan. Yesus sudah mengasihi dan menyelamatkan kita lebih dulu ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Karena itu miliki motivasi yang benar dalam membangun hubungan denganNya agar kita tidak berakhir sebagai penyamun-penyamun yang memurkakan Allah.

Pastikan diri kita sebagai orang percaya yang bukan penyamun
======================

Sumber: www.renunganharianonline.com