Selasa, 15 Agustus 2017

Always Be Careful

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:12
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"

Ada seorang teman yang hobinya panjat tebing sejak masih kuliah. Hanya karena usia yang sudah tidak muda lagi dan demi keluarga, ia memutuskan untuk meninggalkan hobi beresiko ini. Saat bertemu lagi dengannya beberapa hari lalu, saya bertanya kepadanya, apakah ia tidak takut saat memanjat tebing seperti itu? Saya membayangkan, sedikit saja melakukan kesalahan dalam memanjat akibatnya bisa fatal.

Sambil tertawa ia berkata bahwa adrenalinnya justru terpacu saat berhadapan dengan situasi seperti itu. Tapi kemudian ia menambahkan bahwa ia bukan termasuk orang yang ceroboh. Ia selalu melakukan banyak persiapan sebelum memanjat. Persiapannya panjang, dan ia pun dilengkapi dengan banyak alat pengaman untuk meminimisasi resiko kecelakaan. "Saya selalu hati-hati, menyadari bahaya dan resiko. Saya tidak mau terlalu yakin, meski saat situasinya terlihat tidak sulit sekalipun. Itulah tampaknya salah satu faktor penting saya selamat dan masih hidup hari ini." katanya lagi.

Menyadari faktor bahaya dan resiko lantas berhati-hati menjadi kunci dalam melakukan olah raga atau kegiatan ekstrim seperti memanjat tebing. Ada beberapa kasus yang pernah saya baca, kecelakaan terjadi karena faktor kecerobohan dari korban. Ada yang selfiedi atas tebing curam lantas terjatuh ke kawah. Ada yang talinya putus saat sibuk main tongsis alias monopod. Ada banyak lagi musibah yang terjadi akibat keteledoran, dan sebagian di antaranya terjadi justru pada keadaan-keadaan yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya. Itu artinya, kita seharunya hati-hati dalam segala kondisi, karena sekali kita lupa diri, kejatuhan menanti di depan mata.

Diluar contoh pemanjat tebing, perhatikanlah ada berapa banyak orang terkenal atau hebat yang mengalami kejatuhan di puncak karirnya. Ada yang jadi pemakai obat-obat terlarang dan merasa bahwa kekuasaan dan hartanya dijamin bisa mengamankan mereka dari jerat hukum, ada yang melakukan tindakan pelecehan atau kejahatan lain. Ada orang-orang yang tadinya ramah dan membumi, rendah hati tapi kemudian berubah jadi sombong setelah terkenal. Kesombongan pun merupakan salah satu awal dari kejatuhan banyak orang terkenal. Saya sudah melihat begitu banyak kasus seperti ini, dan itu sangatlah disayangkan.

Ada yang sudah membangun karirnya selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, tapi karena terpeleset sekali saja, semua yang sudah ia bangun mati-matian menjadi hancur dalam sekejap mata. Berbagai bentuk godaan dunia biasanya akan sulit ditolak ketika kita merasa berada di puncak, ketika kita terlena dalam kesuksesan, ketika kita merasa kuat.

Kesombongan, ketamakan, skandal, korupsi, dan sebagainya sering membuat para tokoh terkenal dan orang-orang sukses mengalami kehancuran.Kalau saja mereka mau menyadari sejak semula bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan yang seharusnya mereka pakai untuk memberkati lebih banyak orang lagi dan bukan untuk disombongkan, mereka tentu tidak harus rusak reputasi dan karirnya.

Mempertahankan kesuksesan adalah jauh lebih sulit daripada memulai membangunnya. Kenapa? Karena di saat kesuksesan hadir dalam diri kita, ada banyak faktor yang siap membuat kita lupa diri. Dan disanalah iblis akan membentangkan perangkapnya. Keadaan seperti ini biasanya tidak menerpa ketika kita sedang merintis  tapi justru munculketika kita mulai merasa di atas angin dengan menikmati popularitas atau tingginya jabatan/pangkat dan sebagainya secara berlebihan. Jadi jelaslah bahwa meski membangun atau merintis sesuatu itu tidak mudah, tetapi mempertahankan akan jauh lebih sulit lagi.

Paulus sudah mengingatkan kita dengan tegas dalam suratnya kepada jemaat Korintus. "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Ketika kita merasa kuat, ketika kita merasa sukses, di saat seperti itulah kita harus lebih hati-hati dari sebelumnya. Di saat kita mengira kita sudah teguh berdiri, ketika kita berada di puncak karir atau popularitas dan sebagainya, di saat kita merasa di atas angin, itulah sebenarnya yang merupakan masa paling rawan bagi kita untuk jatuh. 
Therefore let anyone who thinks he stands, who feels sure that he has a steadfast mind and is standing firm, take heed lest he fall, and that means fall into sin.

Alkitab mencatat banyak contoh tokoh yang sebenarnya luar biasa, berprestasi atau setidaknya sangat menjanjikan tetapi mereka tersandung jatuh hanya karena masalah yang relatif kecil yang seharusnya bisa mereka hindari. Lihat Musa yang mencapai antiklimaks justru di saat-saat terakhir. Ia telah begitu sabar menuntun bangsa Israel yang tegar tengkuk selama puluhan tahun, akhirnya gagal memasuki tanah terjanji karena ia tidak bisa menahan emosi pada suatu ketika. Lihat beberapa raja Israel yang jatuh ketika berada di puncak karir dan popularitas mereka. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu cemerlang sinarnya namun akhirnya binasa akibat serangkaian kebodohan yang ia perbuat.

Dalam kisah lain, Korah merasa dirinya terlalu hebat kemudian haus akan kekuasaan dan jabatan lalu memberontak. akibatnya Korah dan orang-orangnya pun mengalami akhir yang mengerikan. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10).

Jangan sampai kita harus mengalami itu karena terlena dalam keberhasilan. Ada begitu banyak lagi contoh yang dicatat dalam Alkitab. Kisah menara Babel, jemaat Laodikia dalam kitab Wahyu dan sebagainya, semua menunjukkan bahwa ketika situasi sedang sangat baik, ketika sedang berada di puncak, disanalah ada bahaya mengancam. Saat seperti itulah yang sebenarnya menjadi titik rawan bagi kita untuk jatuh.

Dalam kitab Wahyu ada sebuah pesan bagi jemaat Filadelfia yang sangat penting untuk kita cermati. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu." (Wahyu 3:11). Peganglah terus, pertahankan agar tidak lepas. Itu sebuah seruan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terlebih ketika aroma kesuksesan dan kenyamanan berada di atas sedang memenuhi diri kita. Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1).

Ini sebuah pesan yang sangat penting agar kita lebih teliti, lebih jeli dan lebih berhati-hati menapak ke depan. Keselamatan yang telah kita peroleh sebenarnya sungguh tinggi nilainya, karenanya berhati-hatilah agar jangan apa yang telah kita genggam akhirnya harus luput dari tangan kita. Demikian dikatakan oleh Penulis Ibrani: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (3:14).

Apakah saat ini anda sedang menikmati buah dari usaha yang telah kita rintis selama bertahun-tahun? Apakah anda sedang berada pada kondisi yang sangat nyaman atas keberhasilan-keberhasilan yang berhasil anda capai? Apakah anda sedang berada pada puncak karir atau kesuksesan anda? Jika itu yang sedang anda alami saat ini, berarti inilah saatnya bagi anda untuk benar-benar berhati-hati. Sesungguhnya ada banyak jebakan dan jerat yang siap menjatuhkan jika kita lengah. Ayat 1 Petrus 5:8 sudah mengingatkan kita bahwa iblis akan terus mengaum-aum mencari mangsa, termasuk orang-orang percaya yang dapat ditelannya. Di saat kita sedang merasa kuat, disanalah sebenarnya masa-masa rawan yang harus benar-benar kita awasi.

Marilah kita terus mengingatkan diri kita agar apa yang sudah dianugerahkan jangan sampai lenyap dari diri kita. Berhati-hatilah terhadap berbagai jebakan dosa, apalagi yang tidak kasat mata, terlihat hanya sepele, kita anggap sangat kecil sehingga boleh diberi toleransi dan sejenisnya. Sudah terlalu banyak contoh kejatuhan anak-anak Tuhan disaat mereka sedang terlena dalam kesuksesan, di kala mereka sedang merasa kuat dan hebat.Karena itu peganglah teguh apa yang sudah anda miliki hari ini dari Tuhan, pertahankanlah, dan tetaplah bersyukur dan hidup rendah hati. Pakailah setiap kesuksesan anda bukan untuk lupa diri dan menjadi sombong tapi untuk memberkati lebih banyak orang dan memuliakan Tuhan lebih dari sebelumnya.
---------------------------------------
Source: www.renunganharianonline.com