Rabu, 22 Februari 2017

How much longer?

Ayat bacaan: Mazmur 13:2
=====================
"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?"


Ada orang yang tidak begitu masalah dengan menunggu, ada yang menganggapnya benar-benar masalah. Istri saya lahir dari keluarga yang punya masalah dengan menunggu, sedang saya tidak. Walaupun saya bisa merasa bosan kalau sedang menunggu sesuatu, tapi itu bukan sesuatu yang merusak mood. Sedang istri saya tipenya kurang sabaran. Menunggu sedikit saja bisa membuatnya kesal. Saya tahu itu sejak masa pacaran dan memastikan bahwa kalau sudah janji saya tidak akan terlambat. Lebih baik saya yang menunggu ketimbang dia.

Meski reaksi berbeda-beda bagi setiap orang, secara umum menunggu sering dianggap sebagai sebuah kegiatan yang membosankan dan bisa jadi menjengkelkan. Kenapa? Karena selain membuat waktu terbuang, menunggu itu mengandung unsur ketidakpastian sehingga bisa memunculkan perasaan tak tenang atau gelisah.

Sekarang, bagaimana kalau yang ditunggu bukan soal giliran untuk dilayani atau untuk bertemu orang tapi menanti datangnya pertolongan dari Tuhan? Tidak bisa dipungkiri kita semua berharap itu datang secepatnya. Tapi bagaimana kalau jawaban tidak kunjung datang? Satu doa, dua, tiga, kalau Tuhan belum juga menolong, banyak yang kemudian kecewa bahkan putus asa. Banyak orang yang sulit bersabar apalagi kalau sedang berada dalam keadaan terdesak dan tertekan. Di saat seperti itu mereka tidak lagi bisa mengucap syukur, padahal firman Tuhan sudah mengingatkan kita untuk tetap mengucap syukur dalam segala hal karena itulah yang sesungguhnya dikehendaki Allah dalam Kristus. (1 Tesalonika 5:18). Mereka tahu ayat ini, tapi berkata: bagaimana kita bisa mengucap syukur kalau kita sedang tidak berada dalam keadaan baik? Pemahaman manusia akan sebuah ucapan syukur seringkali sempit dengan hanya digantungkan kepada sebuah kondisi, situasi atau keadaan yang sedang dihadapi saja.

Ada masa dimana kita mengalami kesulitan sebagai bagian dari hidup, meski kita sudah mengikuti kehendak Tuhan dengan sebaik-baiknya. Ada waktu kita harus merasakan kesedihan bahkan penderitaan dengan berbagai bentuk. Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Sebagai manusia yang memiliki perasaan, tentu rasa itu menyakitkan kita, dan tidak ada satupun dari kita yang ingin berlama-lama berada dalam perasaan sakit itu. Kita ingin sesegera mungkin lepas. Kalau belum juga, kita bertanya-tanya berapa lama lagi Tuhan akan melepaskan kita, bahkan bisa saja mempertanyakan kenapa Tuhan seolah memalingkan muka dari kita.

Hal yang sama juga dialami oleh banyak tokoh Alkitab dalam berbagai kesempatan, termasuk Daud yang imannya sebenarnya sudah sangat teruji. Suatu kali Daud mengalami pergumulan berat. Semua musuhnya bersorak-sorak mengejeknya, dan ia pun sempat merasa mengalami itu sendirian saja tanpa ada yang peduli, termasuk merasa bahwa Tuhan pun sama, tidak peduli terhadap dirinya. Ia berada dalam titik rendah sampai-sampai Daud berseru: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?"(Mazmur 13:2). Daud terus bertanya, "Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (ay 3).

Dalam tekanan dan penderitaan yang kita alami, sama seperti Daud kita pun sering mempertanyakan hal yang sama. Itu adalah hal yang manusiawi dan mungkin saja terjadi sekali waktu, tapi penting bagi kita untuk tidak membiarkan hal itu berlarut-larut, terus memandang kepada masalah atau bahkan menyalahkan Tuhan.  Daud boleh saja berseru seperti itu dalam keadaan kalut, tapi lihatlah bahwa Daud tidak mau terjebak berlama-lama pada perasaan seperti itu. Daud tidak ingin tenggelam dalam perasaan yang tidak enak lalu putus asa. Daud tidak mau membiarkan perasaannya berlarut-larut lalu kecewa pada Tuhan. Kita bisa melihat bagaimana ia kemudian bangkit dan kembali mengandalkan imannya. Daud percaya bahwa pertolongan Tuhan untuk mengatasi segala perkara, termasuk perkara dirinya dan melepaskannya dari kesesakan hanyalah soal waktu saja.

Lihat bagaimana Daud kembali tegar dan mengubah pola pandangnya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (ay 6). Daud tahu bagaimana pentingnya ucapan syukur, ia bahkan bisa memerintahkan hatinya untuk bersorak-sorak karena penyelamatan Tuhan yang sebenarnya belum ia dapatkan pada waktu itu. Ia mau bernyanyi karena Tuhan ia katakan TELAH (bukan akan) berbuat baik kepadanya, walaupun sebenarnya situasi yang ia hadapi belum pulih. Inilah sebuah kebesaran iman yang ditunjukkan Daud. Luar biasa bukan? Meskipun ia masih dalam kesesakan, Daud bisa kembali bangkit, memuji Tuhan, bersorak dan bernyayi untukNya dan mengatakan bahwa Tuhan telah berbuat baik kepadanya.

Apa yang membuat Daud yang notabene juga manusia sama seperti kita bisa berkata demikian? Saya percaya Daud bisa seperti itu karena tidak melupakan pengalaman hidupnya. Disaat ia masih sangat muda ia sudah mampu mengalahkan raksasa Goliat dengan mengandalkan imannya kepada Tuhan.

Kemudian mari kita lihat siapa Daud itu. Daud tadinya bukan siapa-siapa, ia bahkan tidak dipandang ayahnya sendiri ketika Samuel hendak mengambil salah satu dari anaknya untuk menjadi raja. (1 Samuel 16:1-13). Daud hanyalah seorang anak yang tidak dianggap penting yang hanya dipercaya untuk menggembalakan kambing domba. Tapi lihatlah ternyata ia dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel. Dari padang rumput ke singgasana di istana, dari bukan siapa-siapa menjadi raja yang dikenang sepanjang masa, bahkan dikatakan jelas di dalam Alkitab bahwa si anak yang tadinya tidak ada apa-apanya ini merupakan figur yang melakukan kehendak Allah pada zamannya (Kisah Para Rasul 13:36). Dalam berbagai kesempatan Daud secara langsung mengalami penyertaan Tuhan atas hidupnya dalam begitu banyak kesempatan. Jika dulu semua itu mampu dilakukan Tuhan, bagaimana mungkin Tuhan sekarang tidak bisa menolongnya? Daud menyadari hal itu. Ia sudah mengalami banyak bukti sehingga ia pun bisa bangkit dan kembali mempercayakan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan dalam iman yang kuat.

Di saat kita merasa sendirian menghadapi masalah, mungkin suatu kali kita berpikir seolah Tuhan tega membiarkan kita bergumul seorang diri. Tapi jangan biarkan perasaan itu menguasai kita berlarut-larut. Seperti Daud, segeralah bangkit. Berbaliklah segera dan kembalilah menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan, tetap puji dan ucapkan syukur kepadaNya. Percayalah jika dahulu Tuhan sanggup, saat ini pun Dia sanggup, sebab Tuhan tidak tidak pernah berubah. Dalam Ibrani dikatakan "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Apa yang dijanjikan Tuhan sesungguhnya jelas: "..Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5) dan kemudian ayat ini kembali diulang dalam Ibrani: "Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Karenanya, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Dan seperti yang sudah saya sampaikan diatas, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18).

Ada waktu dimana kita harus mengalami permasalahan yang mungkin menimbulkan penderitaan. Ada waktu dimana kita masih tetap harus bergumul meski sudah mematuhi kehendakNya. Akan ada waktu-waktu dimana kita diijinkan Tuhan untuk masuk ke dalam situasi sulit. Tapi jangan lupa bahwa apabila itu datang bukan dari kesalahan kita, maka ada rencana Tuhan yang indah disana yang mungkin belum bisa kita lihat. Dan ingat pula bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian dalam masa-masa sulit tersebut. Pada waktunya Dia akan mengangkat kita keluar dari tumpukan masalah yang menimbun kita.

Jika diantara teman-teman ada yang masih berada dalam situasi yang tidak baik, bersabarlah dan jangan putus harapan. Nantikan pertolongan Tuhan dengan sabar, tetaplah tekun dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Terus bersyukur dan terus taat menjalankan apa yang menjadi kehendakNya. Pada saatnya anda akan melihat sendiri betapa luar biasa ketika rencanaNya digenapi.

-----------------------------------------------

Source: www.renunganharianonline.com