Sabtu, 16 Juli 2016

Persatuan, bukan perpecahan

Ayat bacaan: Yohanes 17:20-21
=======================
"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."

Miris sekali melihat kecenderungan bangsa kita yang sulit untuk bersatu. Di berbagai bidang kita melihat sendiri, bahwa cepat atau lambat perpecahan akan jadi pemenang. Seorang teman mencoba menganalisa, dan menurutnya kita masih sulit keluar dari strategi kolonial yang dikenal dengan divide et impera. Pecah-pecah atau bagi-bagi, lalu kuasai. Dipecah dengan cara dihasut, melontarkan berbagai hal negatif dengan tujuan supaya pecah. Kalau sudah terpecah, bagian-bagian yang lebih kecil tentu mudah dikuasai. Itu kan jaman kolonial. Tapi sekarang di alam merdeka, kok kita tetap saja belum bisa move on? Apa benar itu merupakan faktor penyebab sulitnya kita bersatu? Entahlah. Padahal semangat persatuan dicantumkan dalam sila ketiga Pancasila, yang tidak lain adalah dasar negara kita. Dasar, itu artinya pondasi dimana negara kita sebenarnya dibangun. Kalau katanya negara dibangun dengan dasar itu, dimana bersatu merupakan satu dari lima pilar, kenapa kita masih saja sulit melakukannya? Perbedaan kini malah sepertinya boleh dijadikan dasar untuk membantai orang lain. Kalau dulu ada kata toleransi, itu sudah hilang lama dari sebagian besar bangsa ini.

Yang lebih miris lagi, orang-orang percaya bukannya mencontohkan sikap berbeda tapi malah ikut-ikutan berbuat sama, dengan frekuensi dan intensitas yang kurang lebih sama pula. Gereja terus seperti amuba membelah diri saat ada konflik. Orang-orang di dalamnya juga sama, baik yang harusnya jadi panutan maupun jemaat. Bukan persatuan, tapi perbedaan lah yang berkuasa. Kalau agen-agen Tuhan saja begitu, bagaimana kita bisa bermimpi untuk hidup di dunia yang ramah? Di luar orang pecah, di dalam pecah. Kalau tentara kolonial dulu memakai strategi ini, sesungguhnya si jahat pun sangat suka memakai hal yang sana. Bukankah akan jauh lebih mudah menyesatkan orang yang sudah terpecah-pecah dibandingkan orang yang dengan kompak bersatu? Kalau kita sudah tahu itu, betapa sayangnya apabila kita masih saja tergoda untuk membelah diri bukannya bersatu.

Memperbesar jurang perbedaan memang lebih mudah daripada mencari kesamaan. Ini sudah menjadi hal yang lumrah di jaman sekarang. Perpecahan di tubuh gereja yang  bisa sampai menyebabkan permusuhan antar gereja bukan lagi hal yang aneh terjadi hari-hari ini. Dari atas kemudian menular ke bawah. Maka tidak jarang kita mendengar orang berkata bahwa gerejanya paling benar dan menganggap gereja lainnya buruk, bahkan belum apa-apa sudah berani menuduh sesat. Saling mengejek, merendahkan, memojokkan, menganggap hanya dirinya yang benar sedangkan yang lainnya salah. Anehnya, ini bisa terjadi pada denominasi yang sama tapi beda 'merek.'

Itu jelas hal yang menyedihkan. Bagaimana kita mau menjadi berkat jika di antara kita saja sudah saling menyalahkan? Bagaimana kita bisa bermimpi untuk hidup di dunia yang penuh sukacita dan kedamaian kalau diantara kita saja masih ribut soal hal-hal yang sebenarnya sepele?  Bukannya mencari titik persamaan tapi malah semakin sibuk menggali jurang perbedaan. Bukannya semakin dekat, tapi malah semakin jauh. Jangan mimpi dulu untuk bisa menjadi saluran berkat dan cerminan kasih Kristus jika kepada saudara seiman saja kita tidak mampu mengaplikasikannya. Berbagai alasan yang kita ciptakan sendiri menjadi lahan bermain yang menyenangkan bagi iblis untuk menghancurkan kita.

Apa yang dirindukan Yesus sangatlah berbanding terbalik dengan tendensi kita. Dia jelas merindukan kesatuan di antara semua pengikutNya di atas permukaan bumi ini. Sudah jelas bahwa setiap gereja yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat merupakan bagian dari tubuh Kristus. Maka dimanapun kita berjemaat, kita pun seharusnya merupakan anggota dari tubuh Kristus. Jika Yesus saja mengasihi semua anggota tubuhNya sendiri, siapakah kita yang malah berani saling menyalahkan dan menjatuhkan?

Itu terlihat dari doa dari Yesus untuk murid-muridNya. Dalam doa itu Yesus mengatakan"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:20-21).

Kemarin ayat ini sudah saya sebutkan. Tapi hari ini mari kita lihat lebih dalam lagi. Ada beberapa bagian penting dari petikan doa Yesus ini yang bisa kita ambil. Pertama, kita bisa melihat bahwa Yesus tidak hanya berdoa bagi murid-muridNya, tapi juga kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Kemudian Yesus juga mendoakan agar semua kita yang percaya kepadaNya bisa bersatu. Sama seperti Bapa di dalam Yesus, dan Yesus di dalam Bapa, demikian pula kita semua di dalam Bapa dan di dalam Yesus. Itu merupakan bentuk kesatuan yang bulat, utuh, penuh.

Selanjutnya, Yesus pun menyatakan bahwa hanya dengan kesatuan seperti inilah kita bisa membuat perbedaan nyata bagi dunia, dimana dunia pada akhirnya bisa melihat dan percaya kepada Kristus. Tidak akan ada yang percaya kepadaNya jika kita sebagai umatNya di muka bumi ini justru menunjukkan kelakuan yang buruk, yang sama saja dengan apa yang dipertontonkan orang di luar sana, atau jangan-jangan justru kita lebih buruk. Jika kita sendiri pecah dan saling benci, sementara kita mengajarkan soal kasih, siapa yang bakal mau mendengar? Bukannya menjadi berkat, kita malah menjadi batu sandungan. Bukannya memuliakan Tuhan, tapi kita malah menjelekkan namanya.

Berbicara mengenai kesatuan, kita bisa belajar dengan meneladani cara hidup gereja mula-mula. Kebersatuan mereka ternyata bukan saja kuat tapi juga sangat indah. "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." (Kisah Para Rasul 2:42). Dalam kebersatuan dan ketaatan pun mereka kemudian diberkati Tuhan dengan hadirnya banyak mukjizat dan tanda. (ay 43). Selanjutnya dikatakan bahwa mereka menyaksikan kemuliaan Tuhan turun atas mereka, semuanya terus bersatu, bahkan kepunyaan mereka masing-masing pun menjadi milik bersama. "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama," (ay 44). Dan lihatlah bahwa dengan kebersatuan yang mereka tunjukkan, dunia bisa melihat dan percaya. Tuhan pun menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (ay 47).

Perhatikan bahwa tidak ada perbedaan antara jemaat mula-mula. Orang Yahudi atau tidak, kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, mereka semua bersatu dan sama-sama bertekun untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Mereka memberi diri dibaptis, memecahkan roti, berdoa, mendalami firman Tuhan, bersatu di dalam rumah Tuhan, dan yang paling penting, melakukan segala yang difirmankan Tuhan pula lewat perilaku mereka. Dan dunia pun bisa melihat bentuk kesatuan ini secara nyata.

Mari kembali kepada Yohanes 17:20-21 di atas. Kita bisa melihat bahwa saat Yesus berbicara mengenai satu kesatuan, Yesus bukan hanya mengacu kepada kesatuan rohani semata tapi juga mengacu kepada sebuah kesatuan yang secara nyata dapat dilihat oleh dunia. Tidak soal dimana anda dan saya berjemaat, kita semua adalah satu, sama-sama anggota tubuh Kristus. Kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus dimana Kristus sendiri bertindak sebagai kepala."Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada."(Efesus 1:22). Ingatlah bahwa "Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." (ay 23). Selanjutnya Paulus juga mengingatkan:"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan." (2:20-21).

Hendaknya kita selalu ingat bahwa dimanapun kita berjemaat, kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus, yang seharusnya saling mengisi, saling melengkapi dan sama-sama menjadi bagian tubuh Yesus yang berfungsi baik dimanapun kita berada. Alangkah indahnya jika kita bisa menyampingkan berbagai perbedaan dan mengedepankan kesamaan. selanjutnya saling dukung untuk bertumbuh bersama-sama. Kita tidak boleh membuka kesempatan dan memberi toleransi terhadap perpecahan, apapun alasannya diantara sesama tubuh Kristus sendiri. Bentuk tata cara peribadatan boleh saja berbeda, denominasi boleh saja berbeda, yang penting semuanya berdasar pada iman yang sama akan Kristus. Semuanya tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bait Allah yang kudus.

Di atas segala perbedaan pasti ada kesamaan. Setidaknya sama-sama beriman kepada Kristus, itu sebuah kesamaa nyang bisa dijadikan dasar untuk membangun persatuan. Kita selalu bisa mulai dari sana. Kita diajarkan untuk saling mengasihi, seperti halnya Tuhan mengasihi kita. Kita bisa belajar mengamalkannya dari yang kecil, yaitu diantara sesama jemaat Kristus. Jangan bermimpi untuk bisa menjadi terang dan garam di dunia jika kepada saudara sendiri saja kita masih saling curiga. Jika itu yang masih kita pertontonkan, bagaimana mereka bisa percaya?

Yesus menginginkan kita untuk bersatu, sedang iblis ingin kita terpecah belah dan saling benci. Yesus ingin kita menjadi contoh nyata di dunia yang menyatakan diriNya, sedang iblis ingin menggagalkan semua itu. Satu hal yang pasti, iblis dan pengikutnya akan selalu ingin memecah belah kita agar bisa menguasai. Mana yang akan kita pilih?

Kembalilah kepada hati Kristus yang menginginkan persatuan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Source: www.renunganharianonline.com

#Bible #BibleSays #Alkitab #RenunganAlkitab #RenunganHarian #RenunganKristen #JesusChrist #TuhanYesus #GPPS