Selasa, 04 Oktober 2016

Tergerak lalu Bergerak

Ayat bacaan: Keluaran 35:21-22
=====================
"Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN."


Suatu kali saya sedang duduk-duduk di sebuah lokasi yang ramai orang lalu lalang. Ada seorang anak gadis yang jongkok di depan seorang peminta-minta tidak jauh dari tempat saya santai. Anak gadis ini menanyakan kepada bapak tua peminta-minta itu apakah ia boleh makan rendang. Si bapak terlihat kaget dan berkata boleh. "Sebentar ya pak", kata gadis ini. Tidak lama kemudian ia kembali menjumpai si bapak dan memberikan nasi bungkus. "Pak, dimakan ya, semoga bapak suka." katanya. Si bapak terlihat antara bingung dan senang, langsung membuka bungkusan dan makan dengan lahapnya. Apalagi si gadis bukan cuma memberikan nasi bungkus tapi juga teh dalam plastik.

Apa yang saya lihat ini membuat saya berpikir tentang perbedaan antara sekedar iba atau kasihan dengan sebuah tindakan nyata. Antara 'tergerak' dan 'bergerak'. Awalan 'ter' pada kata 'gerak' menunjukkan sebuah bentuk kata kerja yang pasif, sedang 'ber' membuat kata tersebut menjadi bentuk aktif. Ambil satu contoh sederhana saja. Seandainya anda berperan sebagai seorang kiper. Hati anda tergerak untuk melompat ke kiri menghalau bola yang menghujam ke gawang anda, tetapi anda tidak melakukan apa-apa. Diam di tempat, berdiri tak bergerak tanpa melakukan sesuatu, apakah itu akan berguna? Yang ada gawang anda akan terus dibobol tanpa ampun. Tapi ketika tergerak itu kemudian disertai dengan bergerak, maka disanalah si kiper bisa berperan penting bagi timnya.

Seperti itulah kira-kira apabila kita hanya diam meski hati nurani sudah diketuk. Betapa seringnya kita merasa iba terhadap kesusahan yang diderita orang lain tapi berhenti sebatas itu saja. Dengan kata lain, banyak yang tergerak tapi sedikit yang bergerak. Ketika hati kita tergerak, seharusnya kita menindaklanjuti rasa tergerak yang timbul di hati untuk bergerak dengan melakukan tindakan nyata.

Dari ilustrasi di atas kita bisa melihat hal tersebut dengan sangat jelas. Betapa seringnya hal ini terjadi dalam hidup kita. Ada yang tergerak untuk berhenti berbuat dosa dan bertobat, tapi tidak kunjung bergerak melakukan tindakan-tindakan pertobatan. Ada yang tergerak untuk mengampuni, tapi tidak bergerak untuk memberi pengampunan. Ada yang tergerak menolong orang kesusahan, tapi tidak bergerak mengulurkan tangan. Tergerak tanpa bergerak tidaklah menghasilkan apa-apa. Tapi kalau tergerak dilanjutkan dengan bergerak, maka akan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memberkati orang lain. 'Tergerak' merupakan awal yang baik, dan harus dilanjutkan dengan 'bergerak'.

Ada contoh menarik yang bisa kita lihat tentang hal ini, yaitu pada jaman Musa seperti yang dicatat dalam kitab Keluaran pasal 35. Disana ada sebuah perikop yang menceritakan saat Musa menyampaikan perintah Tuhan agar jemaah Israel yang ia pimpin turut serta untuk mendirikan Kemah Suci dengan memberikan persembahan khusus (ayat 4 sampai dengan 29). Tuhan menyuruh Musa meminta jemaah untuk memberikan persembahan khusus yang berasal dari barang kepunyaan mereka sendiri. Mereka melakukan itu dengan didasari oleh dorongan atau gerakan yang timbul dalam hati mereka. "Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN..."(ay 5). Berbagai jenis kain, kulit, kayu, logam mulia, minyak untuk lampu, minyak urapan, minyak ukupan wangi, permata sampai menyumbang sesuatu yang non materil seperti keahlian, semua itu diperlukan agar Kemah Suci sebagai tempat kebaktian mereka.

Perhatikan bahwa dalam ayat 5 ini secara spesifik Tuhan mengatakan agar mereka memberi berdasarkan dorongan hati, alias saat hati mereka tergerak. Bukan karena terpaksa, bukan paksaan apalagi disertai ancaman, melainkan dari dorongan hati. Artinya saat hati tergerak, mereka hendaknya melanjutkan kepada langkah selanjutnya, yaitu bergerak melakukan tindakan nyata, memberi persembahan khusus dan tidak diam saja tanpa melakukan apapun. Hati bisa tergerak, tapi keputusan kita masing-masing akan menentukan apakah kita akan bergeral melakukan langkah berikutnya yaitu melakukan sesuatu yang nyata berdasarkan dorongan hati atau membiarkan saja tanpa ada aksi sedikitpun. Singkatnya, Tuhan sudah menyebutkan apa yang Dia mau, Dia sudah menyentuh hati kita agar tergerak, tapi kemudian diperlukan tindakan atau gerakan nyata dari kita untuk menjawab keinginan Tuhan tersebut.

Bagaimana reaksi orang-orang Israel waktu itu setelah mendengar perintah Tuhan yang disampaikan lewat Musa? Mereka segera bergegas pulang dan melakukan tepat seperti apa yang mereka dengar dari Musa. "Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN." (ay 21-22). Ayat-ayat selanjutnya melanjutkan apa saja jenis persembahan khusus yang mereka serahkan sebagai respon perintah Tuhan tersebut. "Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa untuk dilakukan--mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi TUHAN." (ay 29).

Sebuah persembahan atau pemberian yang benar pada hakekatnya lahir dari kerelaan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan tanpa menonjolkan diri atau mengharap imbalan. Ada banyak yang memberi, tapi sedikit yang benar motivasinya. Ada banyak orang yang memberi persembahan seolah seperti sogokan agar bisnis lancar, agar bisa berhasil, agar diberkati terutama secara finansial dan lain-lain. Mereka ini menganggap Tuhan seolah bank yang membuka deposito atau bahkan asuransi dengan premi tertentu. Makin besar yang diberi, makin besar pula yang diperoleh. Meski Tuhan bisa memberi kelimpahan dan kepenuhan, cara kita memperolehnya bukanlah seperti itu.

Kerelaan yang lahir dari kerinduan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai wujud ucapan syukur dan mengasihi Tuhan seharusnya tidak boleh terkontaminasi oleh kekeliruan-kekeliruan cara berpikir seperti itu. Dalam hal memberi kepada orang lain, banyak yang menjadikan itu sebagai sarana untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Ingin dilancarkan urusan, ingin naik pangkat, ingin menang dalam pemilihan untuk jadi pemimpin atau anggota dewan dan banyak motivasi keliru lainnya. Sebuah pemberian yang baik bukanlah pemberian yang punya motivasi terselubung atau agenda-agenda dibelakangnya, bahkan dikatakan bahwa kalau kita memberi, seharusnya itu kita lakukan diam-diam saja bukan harus dipublikasikan atau ditunjukkan ke orang lain untuk mendapatkan pujian.

Jangan lupa pula bahwa Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak menahan-nahan kebaikan selagi kita sanggup atau bisa melakukannya. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27). Saat banyak orang berpikir bahwa itu melulu soal memberi sedekah dalam bentuk materi, sesungguhnya kebaikan tidak selalu harus seperti itu. Ada banyak hal-hal yang sederhana dan kecil yang tidak kalah penting dan bisa sangat berarti baik bagi orang lain maupun bagi Tuhan. Tuhan sendiri tidak mementingkan besar kecilnya, melainkan ketulusan dan keikhlasan kita dalam memberi, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Hanya berhenti pada rasa iba, tidak berbuat apa-apa belumlah cukup. Ketika tergerak untuk melakukan sesuatu itu lebih baik tapi tetap masih kurang. Kalau dilanjutkan dengan bergerak melakukan tindakan nyata, disanalah kita baru bisa memberkati orang lain.

Kita tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk memberi yang besar kalau memang belum mampu, tapi kita harus melihat apa yang bisa kita berikan terlebih saat hati kita sudah tergerak. kita hanya diminta untuk memberi sesuai kemampuan kita. Jika hati sudah tergerak, bergeraklah segera dengan melakukan perbuatan nyata sesuai kesanggupan kita. Baik dalam hal persembahan maupun pemberian/sumbangan kepada sesama baik materi maupun tenaga, pikiran, keahlian dan sebagainya, selama itu kita lakukan dengan tulus dan ikhlas yang didasari oleh kasih kita kepada Tuhan, semua itu akan sangat besar nilainya bagi Tuhan dan mampu menjadi saluran berkat sekaligus memberi pengenalan yang benar akan Tuhan.

Apakah hati anda tergerak akan sesuatu hari ini? Apakah itu mengenai rasa iba atau kasihan terhadap seseorang, tergerak untuk berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan sebagainya, jangan tahan, jangan tunda. Saat Tuhan sudah mengetuk hati anda, jawablah segera dengan bergerak melakukan tindakan nyata/

Kalau hati sudah 'tergerak', segera tindaklanjuti dengan 'bergerak'

-----------------------------------------

Source: www.renunganharianonline.com