Pengajaran yang merusak bangunan kehidupan iman Kristen yang murni adalah pandangan yang menyatakan bahwa orang Kristen sekali selamat tetap selamat, tanpa memberi pengertian yang jelas yang mengenai keselamatan itu sendiri. Sehingga banyak orang Kristen yang merasa sudah selamat karena sudah merasa percaya dan sudah selamat. Prinsip mereka bahwa sekali seseorang mengaku percaya dan yakin sudah selamat maka orang itu tidak akan terhilang. Di dalam pikiran mereka, bahwa apa pun yang terjadi akhirnya mereka masuk Surga, sebab mereka sudah ditentukan dan dipilih untuk selamat. Bagaimanapun akhirnya mereka selamat, selamanya selamat. Mereka diyakinkan oleh pengajaran yang salah tersebut bahwa mereka tidak akan masuk neraka. Inilah yang membuat kekristenan sebagai jalan hidup tidak tampil sebagaimana mestinya.
Lebih rusak lagi ketika diajarkan bahwa nasib seseorang dalam kekekalan telah ditetapkan atau digariskan. Satu kali ditetapkan untuk selamat maka selamanya pasti selamat. Sehingga orang Kristen tidak perlu cemas lagi terhadap nasib di kekekalan nanti. Semua sudah beres, demikian filosofinya. Mereka menganggap itu adalah ajaran yang teragung dalam Alkitab. Padahal justru itu adalah ajaran yang sangat berbahaya. Alkitab tidak mengajarkan hal ini sama sekali. Ajaran ini dibangun dari premis yang sudah salah, sehingga memaksakan ayat-ayat Alkitab mendukung presmis tersebut. Tentu saja ajaran ini menyenangkan bagi orang yang hanya mau beragama Kristen tanpa mengerti bahwa Kekristenan adalah jalan hidup untuk mengisi hidup dalam proses menjadi sempurna seperti Bapa atau panggilan memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Kekristenan adalah jalan yang sukar, bukan jalan yang mudah. Sama sekali bukan jalan yang sudah ditakdirkan.
Mereka yang mengikuti ajaran yang salah tersebut berpikir bahwa orang-orang Kristen yang ditentukan dan dipilih untuk selamat akan dibuat Tuhan bisa bertekun dalam iman. Dengan pemikiran tersebut maka mereka dengan sendirinya akan dapat bertekun. Ketekunan disediakan oleh Tuhan. Manusia tidak perlu mengusahakan ketekunan karena akan dapat bertekun dengan sendirinya. Allah, yang menentukan dan memilih mereka selamat, bertanggung jawab menyediakan ketekunan tersebut. Sebenarnya mereka tidak mengerti pengertian bertekun secara benar.
Kata bertekun dalam bahasa Yunaninya adalah proskarteresis (προσκαρτέρησις) dalam bahasa Inggris diterjemahkan perseverance. Ada beberapa kata “ketekunan, atau bertekun, atau tekun” dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia yang berasal dari beberapa kata, misalnya hupomeno (ὑπομένω) yang berarti bertahan. Kata ini dalam Roma 12:12 digunakan oleh Paulus yang juga memiliki pengertian bertekun (perseverance). Dalam beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan perseverance. Kata lain adalah prosekho (προσέχω) yang memiliki pengertian selain bertekun, juga memberi perhatian dengan sangat kuat. Terdapat pula kata epimeno (ἐπιμένω) yang berarti tetap tinggal atau tetap menetap atau juga bisa dipahami sebagai terus menerus. Kata yang memiliki pengetian bertekun adalah agonizomai (ἀγωνίζομαι). Tetapi kata ini lebih tepat diterjemahkan berjuang.
Bertekun menunjuk perjuangan dari masing-masing individu. Jika tidak demikian berarti “dibuat bertekun” tanpa orang itu mengingini usaha untuk ketekunan itu sendiri. Ini berarti pula manusia hanya menjadi boneka. Padahal Firman Tuhan jelas mengatakan: bertekunlah dan berjuanglah (Mat. 24:13; Luk. 13:24; Rm. 12:12; Kol. 4:2; 1Tim. 13; 16 dan lain sebagainya). Kalau ketekunan seseorang adalah karunia, artinya Tuhan yang menggerakkan dan manusia bersikap pasif, maka manusia tidak lagi perlu bertanggung jawab dan itu juga berarti tidak pantas menerima mahkota atau upah, sebab usaha ketekunan itu tergantung Tuhan bukan pada manusia. Dalam teologi mereka, orang percaya diajar untuk meyakini bahwa ketekunan itu akan diberikan oleh Tuhan. Hal ini menciptakan Kekristenan yang imaginer atau fantasi. Faktanya kita melihat orang-orang Kristen di Eropa yang pada umumnya menganut teologi tersebut menjadi lumpuh dan mati.
----------------------------------------------
Source: www.truth-media.com