Selasa, 22 September 2015

Jangan lupa mengucap syukur

Jangan Lupa Mengucap Syukur
Ayat bacaan: Lukas 17:17-18
=======================
"Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Tidak ada orang yang mau mengalami kesulitan dalam hidup, tapi ada saja waktu dimana kita harus mengalaminya, entah karena kesalahan kita sendiri atau memang merupakan bagian dari sebuah proses pendewasaan diri atau iman. Sebagai orang percaya, kita tahu pentingnya berdoa meminta Tuhan mengangkat kita keluar dari jerat masalah. Ketika Tuhan mengulurkan tanganNya dan membebaskan kita, seharusnya kita pun mengingat kebaikan Tuhan yang telah melepaskan kita. Itu idealnya. Tapi ironisnya tidak banyak orang yang ingat untuk mengucap syukur atas kebaikanNya. Mungkin sekedar ucapan terima kasih dalam satu atau dua doa, tapi kemudian langsung sibuk menikmati kebebasan dan lupa untuk bersyukur. Lalu pada saat keadaan baik-baik saja atau ketika sedang mengalami banyak berkat dalam hidup, apakah kita tetap ingat untuk mengucap syukur? Banyak orang yang terlena menikmati segala kebaikan dengan bersenang-senang dan lupa kepada The Provider, Tuhan yang telah memberikan dan menyediakan itu semua. Lalu bagaimana dengan saat-saat sulit? Apakah kita masih melapangkan hati untuk tetap bersyukur atau kita malah menghujat Tuhan, hanya mau yang baik tapi menolak yang kurang atau tidak baik? Intinya, sejauh mana kita ingat untuk bersyukur? Apakah kita ingat untuk bersyukur dalam setiap doa kita dengan tulus, dalam kondisi apapun?

Idealnya, bukan hanya dalam keadaan baik, tapi dalam keadaan buruk pun kita terus mengucap syukur pada Tuhan. Itu disampaikan Paulus kepada jemaat Tesalonika "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ini hal yang penting yang seharusnya kita lakukan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki dalam Kristus untuk senantiasa kita ingat dan lakukan dalam hidup kita. Namun banyak orang yang hanya ingat untuk bersyukur untuk sementara waktu saja, lalai, lupa atau malah tidak pernah sama sekali.

Terlena dalam kenyamanan hidup, itu menjadi kebiasaan buruk banyak orang. Bukan hanya sekarang, tapi sudah sejak lama. Salah satu kisah mengenai ini langsung dialami oleh Yesus sendiri ketika Dia bertemu dengan sepuluh orang kusta yang tercatat pada Lukas 17:11-19. Pada masa itu para menderita penyakit kusta tidak mendapat tempat di masyarakat Mereka dikucilkan, disisihkan, dipinggirkan. Tidak ada yang mau dekat dengan mereka. Takut ketularan, jijik, itu tergambar jelas dari cara masyarakat memandang para penderita kusta ini.

Pada suatu kali kesempatan emas pun datang tepat di hadapan mereka. Mereka melihat Yesus berjalan agak jauh di depan mereka. (ay 12). Wow! Itu sebuah kesempatan untuk sembuh! Mereka tahu itu, dan segera memanggil-manggil Yesus. "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"(ay 13). Yesus tanpa berlama-lama segera menyembuhkan/mentahirkan mereka semua. Itu sebuah pemulihan luar biasa yang berlangsung instan. Tapi kemudian, lihatlah berapa orang yang kembali menghadap Yesus. "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria." (ay 15-16). Berapa jumlahnya? Dari 10 orang, yang tahu bersyukur hanya satu orang. Dan itu malah dilakukan oleh orang Samaria. Kemana 9 orang lagi? Seperti kecenderungan banyak orang, mungkin sedang berlari-lari kegirangan menikmati kesembuhan mereka dan lupa untuk mengucap syukur pada Tuhan yang telah menjamah mereka. "Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (ay 17-18). Itu sangat memalukan. Itu tertulis jelas dalam Alkitab sebagai peringatan, sayangnya hingga hari ini masih saja banyak orang yang lupa melakukannya.

Tokoh-tokoh dalam Alkitab pun punya pergumulannya sendiri sendiri. Namun mereka tahu bahwa kasih setia Allah sanggup melepaskan mereka dari belenggu masalah sebesar apapun sesuai waktunya Tuhan. Daud pun sering mengalami kesulitan. Salah satunya tertulis seperti ini: "Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (Mazmur 42:11). Lalu bagaimana reaksi Daud? Luar biasa. Ayat selanjutnya berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (ay 12). Inilah bentuk sikap yang dikehendaki Allah.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita bersyukur hari ini atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Sudahkah anda memujiNya atas penyertaanNya sepanjang hari ini? Kalaupun situasi masih belum sepenuhnya baik dan kita masih bergumul dengan sesuatu, apakah kita masih bisa memuji Tuhan dan bersyukur kepadaNya atas penyertaan dan penjagaanNya selama masa-masa sulit itu berlangsung? Teladanilah orang Samaria yang disembuhkan dalam kisah yang saya angkat hari ini sebagai bahan perenungan. Datanglah kepada Yesus dan mengucap syukurlah sekarang juga. Bahkan dalam keadaan sulit sekalipun itu harus tetap bisa kita lakukan, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam Kristus. Belajarlah untuk terbiasa untuk mengucap syukur dalam keadaan apapun. Tuhan berfirman, meskipun kita terjatuh, kita tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangan kita. (Mazmur 37:24).  Ingatlah bahwa seperti halnya kepada 10 orang kusta, Dia pun sanggup memulihkan kita. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59:1) Itu janji Tuhan. Inilah yang menjadi janji Tuhan ketika kita tetap tahu untuk bersyukur dan berterimakasih meski dalam keadaan sulit sekalipun. Jadi tidak perlu merasa tertekan, dan teruslah belajar untuk rajin mengucap syukur kepada Tuhan. Bagi yang sedang dalam keadaan baik, mengucap syukurlah senantiasa dan muliakan Tuhan dengan segala yang anda lakukan.

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15)

Senin, 14 September 2015

TUHAN yang memperlengkapi

TUHAN yang memperlengkapi
Ayat bacaan: Efesus 4:11-12
==============================
"Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus"
Apa saja yang kita butuhkan dalam menjalani panggilan? Masing-masing orang punya panggilannya sendiri yang tentu saja memerlukan kebutuhan yang berbeda. Selain talenta, keahlian dan pengetahuan, tidak jarang pula kita membutuhkan berbagai kelengkapan lainnya agar bisa maksimal dalam menjalankannya. Seperti yang saya sampaikan kemarin, banyak orang yang lari dari panggilan, menolaknya karena beralasan bahwa mereka tidak sanggup. Kurang mampu, kurang waktu, kurang tenaga, kurang fasilitas dan kurang lainnya akan menjadi dasar alasan untuk menolak. Kita sering menutup mata dari apa yang sebenarnya sudah ada pada kita dan mengarahkan pandangan hanya kepada apa yang kita belum/tidak punya. Padahal, beranikah kita memberi pertanggungjawaban kelak kalau panggilan yang sudah diberikan Tuhan tidak pernah kita lakukan sampai akhir masa hidup kita di dunia? Apakah ada firman Tuhan yang secara jelas menyatakan bahwa Tuhan ternyata sudah memperlengkapi masing-masing orang menurut kebutuhannya untuk menjalani panggilan tersebut?
Sebelum kita sampai kesana, ketahuilah bahwa Tuhan menyuruh kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besarNya di bumi ini. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Seperti yang saya sebutkan, karena hanya melihat apa yang belum ada, kita kerap lupa bahwa ketika Allah menyuruh kita, Dia sebenarnya sudah melengkapi kita dengan segala sesuatu, dan akan terus melengkapi kita lebih lagi. Tuhan bahkan telah memberikan Roh Kudus yang akan selalu membantu dalam pelaksanaannya, sehingga sebenarnya bukan kehebatan dan kemampuan kita yang utama, namun kemauan dan kesungguhan kitalah yang diinginkan Tuhan. Untuk bisa melaksanakannya, kita semua telah Dia perlengkapi dengan baik.
Musa pernah mengalami keraguan seperti ini ketika ia pertama kali menerima penugasan dari Tuhan. Musa berulangkali menolak karena merasa tidak mampu. Musa terus berbantah terhadap perintah Tuhan, semua itu bisa kita baca dalam Keluaran 2:23 hingga Keluaran 4:17. Musa merasa tidak mampu, punya banyak kelemahan, tidak mampu berbicara dengan baik dan terus diliputi keraguan bagaimana bangsa Israel yang besar itu mau mempercayainya. Musa melupakan satu hal, yaitu bahwa ketika Tuhan menyuruh, Dia sudah melengkapi segalanya, dan akan terus menuntun hingga pekerjaan yang dilakukan akan bisa berhasil. Tuhan terus meyakinkan Musa bahwa Dia sendiri akan menyertai dan melengkapi Musa dengan segala sesuatu yang diperlukan. Kita tahu bahwa akhirnya terbukti Musa sanggup memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Seringkali kita merasa tidak mampu atau belum sanggup melakukan pekerjaan Tuhan. Tidak sekolah Alkitab, masih terlalu muda, punya banyak kesibukan, belum siap, belum terpanggil dan sebagainya. Padahal ketika Tuhan memberikan panggilanNya, Dia selalu melengkapi kita dengan apapun yang kita butuhkan. Kita bisa melihat hal ini dalam kitab Efesus. "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (Efesus 4:11-12).
Petrus pun mengingatkan hal yang sama. "Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya." (1 Petrus 5:10).Allah akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita semua ketika kita taat untuk melakukan tugasnya.
Apapun panggilan yang ada pada kita, Tuhan selalu memperlengkapi sepenuhnya agar kita mampu menyelesaikannya. Ada berbagai karunia rohani atau kemampuan khusus bagi masing-masing orang yang percaya kepadaNya dan mau melakukan pelayanan demi kemuliaanNya. Semua dengan jelas telah difirmankan Tuhan melalui Paulus. "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan." (1 Korintus 12:4-5). Rinciannya adalah sebagai berikut: "Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu." (ay 8-10). Dan Paulus menutupnya dengan kembali mengingatkan bahwa semua itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama. Satu Roh, satu Tuhan, dan karunia-karunia itu diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. (ay 11).
Mungkin saja ada perlengkapan dan kebutuhan yang saat ini tampaknya belum anda miliki. Tetapi sudahkah anda memeriksa terlebih dahulu apa yang ada pada anda? Dengan apa yang ada mungkin anda bisa mulai dahulu sembari menunggu sampai semua yang dibutuhkan terpenuhi. Kita harus benar-benar memeriksa apa yang ada, dan apa yang bisa mulai kita kerjakan. Seringkali dalam melengkapi kita Tuhan tidak memberikan semuanya langsung jadi tetapi menyediakan segala yang dibutuhkan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Jika diibaratkan, Tuhan lebih suka menyediakan kail dan ikan di laut ketimbang ikan bakar yang langsung terhidang di meja makan.
Apabila diantara teman-teman ada yang masih merasa tidak mampu meski sudah mendapat panggilan dari Tuhan melakukan sesuatu, jangan ragu dan mulailah segera. Gereja dimana anda tumbuh tetap membutuhkan pengerja-pengerja untuk melakukan pekerjaan Tuhan di dunia ini, lebih dari itu, lewat apapun anda tetap bisa melayani Tuhan, baik dalam pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Tidak perlu takut tidak mampu, karena Tuhan adalah Allah yang akan terus memperlengkapi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk bisa mengerjakannya dengan cemerlang.



Sumber: www.renuganharianonline.com

Minggu, 13 September 2015

Didalam terang Allah

Baca:  Kejadian 32:22-32

"...Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!"  Kejadian 32:30

Allah memakai terang-Nya untuk menunjukkan kondisi kita sebenarnya.  Ini yang membuat kita bertekuk lutut.  Seperti yang dilakukan-Nya pada Yakub di Pniel, Tuhan dalam kemurahan-Nya harus membawa kita ke sana, di mana terlihat apa akar dan motif kita sebenarnya dalam mengikut-Nya.  Allah berurusan dengan jati diri kita.  Dalam terang Allah itulah kita harus jujur siapa kita sebenarnya.  "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).

     Kepura-puraan bukanlah kekristenan.  Kita mungkin sangat ingin tampil beda, namun tidak ada yang dapat menghalangi Allah melihat kita yang berpura-pura menjadi bukan diri kita.  Jangan mencoba menjadi seseorang, jadilah diri sendiri.  Semakin tampak rendah hati semakin orang menunjukkan harga diri, karena itu Tuhan harus terus melanjutkan pekerjaan-Nya.  Karena bukan kepura-puraan kita tetapi hanya jamahan Tuhan yang bisa menghasilkan transformasi.  Jadi jika ini karya Tuhan maka perubahannya memiliki tujuan dan arah yang pasti.

     Dia mulai dengan Yakub dan berakhir dengan seorang Israel.  Yakub berarti  'penjegal/orang yang mengakali untuk mengambil posisi orang lain', dan Israel berarti  'Allah bergumul'.  Yakub bergumul dengan  'seseorang'.  Lalu kata orang itu,  "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."  (Kejadian 32:28).  Allah memberkati Yakub.  "Firman Allah kepadanya: 'Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu.' Maka Allah menamai dia Israel. Lagi firman Allah kepadanya: 'Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu.'"  (Kejadian 35:10-12).

Ketika berjumpa pribadi dengan Kristus hidup kita diubahkan dan kita akan diberkati dengan berlimpah.




Sumber:
Renungan harian  http://airhidupblog.blogspot.co.id/2015/09/di-dalam-terang-allah.html?m=1

Kamis, 10 September 2015

Mengucap syukur dalam segala hal

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:18
===============================
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Mungkin mudah bagi kita untuk mengucap syukur ketika keadaan sedang baik-baik saja, tetapi alangkah sulitnya melakukan itu ketika kita tengah berada dalam kesesakan. Yang lebih disayangkan lagi, ada banyak orang pula yang lupa untuk mengucap syukur ketika sedang dalam keadaan baik karena terlena dalam segala kenyamanan atau kenikmatan hidup. Sebuah ucapan syukur sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan Kekristenan bukan cuma untuk menunjukkan kita sebagai pribadi yang menghargai segala yang sudah diberikan Tuhan dalam hidup ini, tetapi juga karena ada kuasa dibalik sebuah ucapan syukur. Sedikit melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya memiliki hati yang gembira dalam bekerja, hari ini mari kita fokus kepada bagaimana besarnya kuasa dibalik ucapan syukur.

Mari kita lihat kisah ketika Tuhan Yesus memberi makan ribuan orang hanya dengan bermodalkan beberapa roti dan ikan kecil dalam Matius 15:32-39 (juga tertulis dalam Markus 8:1-10).  Kisah ini terjadi setelah Yesus berkotbah kepada ribuan orang dan menyembuhkan mereka yang sakit. Yesus kemudian berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka ini harus diberi makan. Tetapi jumlah yang ada terlalu sedikit untuk itu. Lantas apa yang terjadi? Yesus meminta murid-muridNya untuk membawa jumlah kecil makanan tersebut, dan "Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak." (Matius 15:36). Ajaib! Semua orang kemudian bisa makan dengan kenyang, bahkan dikatakan setelah itu masih terdapat sisa tujuh bakul besar penuh. "Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak." (ay 37-38). Apa yang tadinya tidak mungkin terjadi menjadi mungkin. Apa yang membuat hal mustahil itu kemudian mungkin? Kita bisa melihat bahwa kuncinya ada di balik pengucapan syukur, seperti yang tercatat dalam ayat 36 di atas. Dari sini kita bisa melihat bahwa jelas ada kuasa di dalam ucapan syukur.

Seorang Pendeta pernah merinci pentingnya ucapan syukur itu. Ia berkata bahwa Ucapan syukur itu merupakan bentuk pengungkapan atau cara dimana kita:
- menyerahkan segalanya termasuk  masalah-masalah yang kita alami ke dalam tangan Tuhan
- berserah sepenuhnya
- mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau dibentuk dan diproses sesuai cara dan kehendak Tuhan
- membiarkan kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita
- membiarkan kuasa Tuhan bekerja dalam mengubahkan hidup kita
- meninggalkan segala keinginan pribadi kita dan menerima sepenuhnya apa yang terjadi, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun
- menghargai segala sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada kita hari ini
- percaya dengan iman bahwa seburuk apapun yang kita alami hari ini, ada suatu rencana besar yang Tuhan sediakan bagi kita di depan sana
Dan ada banyak lagi hal yang bisa kita peroleh di balik sebuah ucapan syukur.

Sesulit-sulitnya pergumulan yang tengah kita hadapi saat ini, Tuhan sudah berkata agar hendaknya kita jangan takut. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita tidak perlu kuatir, tetapi kita diperkenankan untuk menyampaikan keinginan dan harapan kita kepada Tuhan, dan itu dilakukan dalam doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur. Lalu mari lihat ayat berikut ini: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Apakah kita hanya perlu bersyukur dalam sebagian hal saja, hanya ketika semuanya berjalan baik? Ayat ini mengatakan tidak. Kita diminta untuk mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah sebenarnya dalam Kristus bagi kita. Ingat pula bahwa penyampaian ucapan syukur pun harus dilakukan dalam nama Yesus. "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20).

Seperti mukjizat yang terjadi di atas, hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita. Seberat apapun masalah yang tengah kita hadapi baik dalam pekerjaan, keluarga, keadaan keuangan dan sebagainya, hadapilah itu dengan selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Kuasa Tuhan akan bekerja lewat ucapan syukur kita sehingga mukjizat yang paling mustahil sekalipun akan bisa terjadi. Kita bisa mengalami pemulihan atas apapun pergumulan kita hari ini. Ucapan syukur mampu mendatangkan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan mencurahkan RohNya agar bekerja dalam hidup kita, memberi hikmat untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan yang sesuai dengan kehendakNya. Apa yang tidak pernah kita pikirkan, itulah yang akan Tuhan berikan kepada kita. Sebab Firman Tuhan berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Dan kuncinya ada pada ucapan syukur. Ucapan syukur membuktikan bahwa kita sungguh mengasihi Dia dan percaya bahwa segala yang Dia berikan adalah hanya yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, janganlah putus asa, hilang harapan atas apa yang kita alami. Semua itu tidak akan memberikan manfaat apa-apa dan hanya akan menutup turunnya berkat Tuhan atas diri kita. Sebaliknya, ucapan syukur yang paling sederhana sekalipun yang berasal dari hati yang tulus akan mendatangkan bekat berkelimpahan atas hidup kita. Pastikan hari ini hati kita penuh dengan ucapan syukur, dan percayalah Tuhan yang setia akan selalu memberikan jalan keluar sesuai dengan rencanaNya yang terbaik bagi kita.

Dalam segala hal, ucapkan syukur karena ada kuasa luar biasa di dalamnya

Rabu, 09 September 2015

DOKTER segala DOKTER

                                   “FirmanNya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mataNya, dan memasang telinga kepada perintah-perintahNya dan tetap mengikuti segala ketetapanNya,
maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpahkan kepada orang Mesir, sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.” Yesaya 53:4 berkata, “Penyakit kitalah yang ditanggungNya…” Ayat ini dikutip kembali dalam Matius 8:17 dalam kaitan dalam pelayanan Yesus menyembuhkan orang sakit, baik yang sakit secara jasmani maupun secara rohani. Ketika Ia menanggung dosa-dosa kita, Ia juga menanggung penyakit dan kelemahan kita. Ilmu kedokteran memandang sebab musabab sakit-penyakit dari segi fisiologis (ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup) dan psikosomatis (suatu kelainan pada fisik yang penyebabnya lebih pada factor kejiwaan atau psikis, seperti ketegangan emosional). Alkitab memberikan sebab-musabab rohani sebagai masalah pokok, sebab-musabab dari dosa, dan sebab-musabab dari iblis. Tetapi bukan berarti ketika kita melihat orang sakit kita lalu menuding bahwa mereka sakit karena telah berbuat dosa, karena belum tentu benar demikian. Penyakit bisa terjadi pada siapa saja, baik kaya maupun miskin, baik tua maupun muda, baik orang berdosa maupun tidak berdosa, bahkan hamba Tuhan atau pendeta. Apabila yang sakit adalah seorang hamba Tuhan atau pendeta, mungkin kadang-kadang kita akan berpikir dalam hati, “Pendeta kok sakitr, apa habis bikin dosa ya?” Pendeta bisa sakit? Tentu saja bisa, bahkan jangankan sakit, matipun bisa.

Suatu penyakit bisa diderita salah satunya karena kecerobohan dan kesalahan yang kita buat sendiri. Sebagai contoh, kitab Imamat menjabarkan bagian-bagian tubuh hewan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban bakaran. Antara lain adalah lemak yang menyelubungi dan melekat pada isi perut, buah pinggang (ginjal), hati, lemak pada ekor dan darah. Semua itu adalah korban bagi Tuhan, sedangkan dagingnya adalah hak kita. Tetapi pada kenyataannya manusia bertambah rakus, menu makanan mulai berkembang, semua bagian tubuh hewan mereka makan, sehingga akhirnya sering kita temukan orang yang menderita jantung, darah tinggi dan kolesterol.

Untuk dosa, Allah menyediakan pengampunan. Untuk kematian, Allah menyediakan kehidupan kekal dan kebangkitan. Sedangkan untuk penyakit, Allah menyediakan kesembuhan. Tuhan sanggup menyembuhkan segal sakit-penyakit, karena Dia adalah Allah penyembuh, Jehovah Rappah, Dia adalah Dokter dari segala dokter. Tetapi terkadang Dia mengizinkan kita menderita suatu penyakit, karena Dia memiliki rencana bagi hidup kita. Kalau orang dari agama lain bila sedang sakit atau tertimpa musibah biasa kita dengar berkata, “Ya ini cobaan dari Allah” atau “Ya, Allah sedang memberi kita cobaan”, maka tidak demikian halnya dengan Tuhan Allah kita. Tuhan Allah kita Yesus Kristus tidak memberi pencobaan, tetapi Dia mengizinkan pencobaan itu terjadi atas diri kita. “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun” (Yakobus 1:13 ). Dengan mengizinkan terjadinya pencobaan, misalnya sakit-penyakit mungkin Tuhan ingin kita lebih mengandalkanNya, lebih percaya kuasaNya, lebih sungguh-sungguh, dan ingin mengubah karakter kita. Sama seperti yang dialami oleh Paulus dalam Galatia 4:13 , penyakit yang dimaksud di sini bisa berupa sakit mata (baca Galatia 4:15 ) atau duri di dalam daging/tubuhnya (baca 2 Korintus 12:7). Duri dalam bahasa Yunani diterjemahkan “Pasak” sebab dirasakan Paulus bukan hanya seperti duri yang menusuk, melainkan lebih mirip pasak yang dipancangkan dan dibolak-balikkan di dalam dagingnya. Menurut beberapa tafsiran, penyakit yang diderita Rasul Paulus itu bisa malaria, ayan/epilepsy, sakit kepala hebat, atau rabun. Penyakit ini Tuhan izinkan diderita oleh Paulus supaya ia tidak tinggi hati dan lebih bergantung kepada Tuhan.

Sebelum i lmu kedokteran ditemukan dan berkembang seperti sekarang, jauh sebelumnya Tuhan sudah menjadi Dokter dari segala macam dokter spesialis, antara lain beberapa contohnya seperti yang dicatat dalam Alkitab berikut ini:



•  Dokter Sp. K K (Spesialis Kulit dan Kelamin)/ Dermatologi

“Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.' Lalu Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata: Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu daripada kustanya" (Matius 8:1). Dahulu, penyakit kusta dianggap sebagai penyakit keturunan, penyakit karena kutuk, penyakit karena dosa, dan penyakit karena hukuman Tuhan, dan menurut hukum Taurat, orang yang menderita kusta harus dikucilkan. Penyakit kusta ditandai dengan bercak putih di sekujur tubuh dan terasa gatal, ini yang dialami oleh Miriam (baca Bilangan 12:1-10) dan Gehasi (baca 2 Raja-raja 5:20-27). Di zaman itu seorang kusta ada l ah dianggap orang yang paling kotor yang menyebabkan si penderita dikucilkan baik dari Allah maupun dari manusia. Mentahirkan penderita kusta berarti memulihkan orang dari dosa kepada persekutuan dengan Allah dan manusia. Orang kusta dalam Matius 8:1 tersebut memiliki iman bahwa dia pasti sembuh dengan jamahan kuasaNya, sedangkan Yesus tergerak hatiNya untuk menyembuhkan orang kusta itu. Alkitab mencatat seketika itu penyakit kustanya sembuh, tidak tunggu beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan. Alkitab Perjanjian Lama juga mencatat satu orang yang mengalami sakit kulit yang parah karena serangan-iblis, orang itu adalah Ayub. Dalam Ayub 2 ditulis bahwa iblis menyerang Ayub dengan luka-luka di sekujur tubuh Ayub dari telapak kaki sampai kepala, lukanya berbau busuk dan sangat gatal sampai-sampai Ayub harus menggaruknya dengan kaca. Di akhir kitab Ayub dicatat bahwa Allah memulihkan keadaan Ayub. Keadaan di sini bukan hanya berbicara mengenai berkat secara materi tetapi juga berkat kesehatan bagi Ayub karena selama masa penderitaannya Ayub tetap setia kepada Tuhan.







•  Dokter Sp. ObsGin (Obstetri dan Ginekologi)/Spesialis Kebidanan dan Kandungan

"Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju dan mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya. Karena katanya dalam hatinya: Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.' Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: 'Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.' Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu" (Matius 9:20-22). Tidak disebutkan mengapa wanita ini menderita sakit pendarahan, tetapi menurut ilmu kedokteran sakit pendarahan bisa disebabkan oleh macam-macam sebab penyakit antara lain kanker ovarium dan tumor kista. Jumbai jubah Yesus di sini berbicara mengenai iman yang sepenuhnya kepada Tuhan sehingga wanita tersebut tidak lagi mendengarkan kata hatinya atau apa yang dia rasakan saat itu, tetapi dia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya meskipun selama dua belas tahun penderitaannya mungkin dia sudah ke bermacam-macam tabib untuk menyembuhkannya d an tidak ada satupun dari mereka yang berhasil. "Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala pe ri ntah Tuhan, sehingga kamu melakukannya dan t idak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu berbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap Tuhan" (Bilangan 15:39). Dalam jabatanNya sebagai Dokter spesialis kandungan Tuhan juga menjamah d an membuka buah kandungan beberapa wanita dalam Alkitab yang mungkin bagi orang zaman sekarang sudah tidak ada lagi harapan untuk memiliki anak alias mandul. Wanita wanita tersebut antara lain Sarah (Kejadian i8:10-11), Rahel (Kejadian 30:23), Istri Manoah ibu Simson (Hakim-hakim 132-5), Hana (1 Samuel 1:1-20), dan Elisabet (Lukas 1:5-25). Tidak ada kata terlambat bagi Tuhan, meskipun bagi manusia sangatlah mustahil namun hanya Dialah yang sanggup membentuk buah pingang dan menenun janin dalam kandungan. "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku , menenun aku dalam kandungan ibuku" (Mazmur 139:13).



•  Dokter Sp. M (Spesialis Mata)

"Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: 'Apa yang kamu kehendaki supaya Aku penbuat bagimu?' Jawab mereka: Tuhan, supaya mata kami dapat melihat ' Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu la menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia (Matius 20:32-34). Tidak dicatat sebab-musabab kebutaan dua orang ini. Mereka bisa saja buta sejak lahir, atau bisa saja kebutaan mereka dikarenakan suatu penyakit yang mereka derita. Di zaman sekarang kebutaan bisa dikarenakan karena penyakit katarak, kecelakaan, gangguan komea, glaukoma (penyakit mata yang mengenai saraf mata), d an sebab lain. Hanya dengan jamahan Yesus kedua orang buta itu dapat melihat seketika itu juga, Tuhan mengganti ko rn ea mata mereka tanpa proses yang memakan waktu lama, hanya dengan iman mereka komea mata mereka telah diganti dengan yang baru. Markus 8:22-25 mencatat bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan mata seorang buta di Betsaida, dan juga di Markus 10:46-52 di mana Tuhan menyembuhkan mata seorang pengemis buta bernama Bartimeus anak Timeus.

•  Dokter Sp. THT (Spesialis Telinga-Hidung-Tenggorokan)

"Sedang kedua orange buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata" (Matius 9:32 -33a). "Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya la meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dad orang banyak, sehingga mereka sendirian, I a memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu la meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menari k nafas dan berkata kepadanya: 'Efata!', artinya: Terbukalah! Maka terbukalah t elinga orang itu dan seketika du terfepas pulalah pengikat lidahnya, talu ia berkata- kata dengan baik" ( Markus 7:32-35). Gangguan pada fungsi pendengaran dapat menyebabkan gangguan wicara. Bisu dan tuli bisa adalah cacat bawaan sejak lahir ataupun sakit karena infeksi. Tetapi ketika Yesus menjamah mereka, seketika itu mereka sembuh. Jika mereka hidup di zaman sekarang mungkin orang yang tuli tersebut sudah tidak lagi memertukan alat bantu dengar atau microphone yang dilengkapi speech processor yang harus dibawa kemana-mana. Oleo kuasa Tuhan, semua organ tetinganya baik gendang telinga, rumah siput, atau apapun yang membuatnya tuli sudah sembuh. Sedangkan yang bisu tidak lagi perlu terapi bicara. Pita suara, tali pengikat lidah, dan organ-organ yang membuatnya bisu sudah disembuhkan juga.

•  Dokter Sp. Saraf (Neurologi)

"Di situ ada searing yang mati sebelah Tanganyika. Lalu kata Yesus kepada orang itu: Ulurkanlah tanganmu!' Dan ia mengulurkan tangannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain" (Matius 12:10a, 13). Jika dilihat dari penyakitnya, orang ini bisa jadi terkena stroke. Secara umum stroke terjadi akibat sumbatan pada salah satu pembuluh darah otak di sisi kanan, dan akibat yang timbul antara lain adanya rasa lemah atau mati rasa mendadak pada wajah, lengan dan kaki. Ciri lainnya suara parau, lidah kelu sehingga bicara menjadi tidak jelas, dan lain sebagainya. Orang ini tentu tidak bisa memohon kepada Tuhan Yesus untuk disembuhkan, karena bisa dipastikan dia tidak bisa berbicara dengan jelas, sehingga orang-orang di situlah yang memberitahu Yesus. Yesus hanya memintanya mengulurkan tangannya, seketika itu sembuhlah orang itu. Orang ini tidak perlu mengikuti terapi apapun, hanya dengan mengulurkan tangannya kepada Yesus semua sistem syaraf yang membuat tangannya mati sebetah menjadi sembuh seketika itu juga.

•  Dokter Sp. BO (Bedah Orthopedi)/Spesialis Bedah Tulang

"Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai punggungnya dan fidak dapaf berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, !a memanggil dia dan berkata: Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.' Lalu la meletakkan tanganNya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdinlah perempuan itu, dan memuliakan Allah" (Lukas 13:10-13). Di jaman modem ini bungkuk bisa dikarenakan oleh sebab Osteoporosis, kurangnya kalsium di dalam tubuh, atau karena Scoliosis (kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan tulang punggung yang bengkok). Menurut data, orang yang menderita Scoliosis rongga dadanya menjadi sempit dan paru-parunya tertekan. Mungkin sama halnya dengan yang dialami wanita yang bungkuk selama delapan belas tahun ini, tetapi wanita ini bungkuk karena dirasuk roh jahat, iblis mengikat d an membelenggunya dengan penyakit. Ketika dia datang kepada Tuhan Yesus, Yesus membebaskannya dari kuasa roh jahat yang membelenggunya. Iblis bisa memperbudak kita dengan segala mar-am sakit penyakit, karena sifatnya hanya merusak d an membinasakan, sama seperti yang dilakukan terhadap Ayub. Tetapi Allah kita adalah Allah yang menyembuhkan, clan bahkan tidak ada kata terlambat. Meski perempuan itu sudah sakit delapan belas tahun lamanya, yang mungkin menurut akal manusia sudah terlalu lama dan sulit sembuh, tapi di dalam nama Tuhan bungkuk itu tidak berarti apa-apa d an dengan mudah sekali bisa disembuhkan.

•  Dokter Sp. RM (Spesialis Rehabilitasi Medik)

"Ketika Yesus masuk ke Kapemaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepadanya: Tuan, hambaku t erbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.' Yesus berkata kepadanya: 'Aku akan datang menyembuhkannya.' Tetapi jawab perwira itu kepadaNya: 'Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.' Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: 'Pulanglah dan jadilah kepadamu sepe rt i yang engkau pe rc aya.' Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya" (Matius 8:5-8, 13). Lumpuh bisa disebabkan karena penyakit polio, stroke, rusaknya fungsi otak karena virus atau sebab-sebab lain. Namun hanya dengan iman tuannya, hamba perwira ini Yesus sembuhkan. Yesus tidak perlu susah-susah datang d an menjamahnya, di sini kita bisa melihat bahwa Tuhan tidak menuntut banyak d an muluk-muluk dari kita untuk mendemonstrasikan kuasa mujizatNya, Dia hanya mau kita percaya dengan tidak ragu-ragu. Di sini kita juga bisa melihat bagaimana kuasa Tuhan tidak dibatasi ruang d an jarak, tanpa Dia datang pun Dia bisa menyembuhkan penyakit hamba perwira tersebut.

Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil contoh betapa besa rn ya kuasa Tuhan Allah kita Yesus Kristus dalam penyembuhan. Tidak cukup sampai di situ, Alkitab juga mencatat dalam Matius 15:29-31 bahwa Yesus menyembuhkan banyak orang sakit. Tetapi janganlah karena ayat ini kita mengambil sikap ekstrim sehingga tidak mau ke dokter at au diperiksa dokter karena kita percaya Tuhan pasti menyembuhkan kita. Beberapa tah un ya ng lalu ketika saya mengunjungi dokter kandungan saya untuk memeriksakan kandungan saya, ada seorang ibu yang mengalami penyakit yang cukup serius pada kandungannya. Dalam kandungannya terdapat kista sehingga dokter menyarankan ibu ini untuk operasi. Tetapi ibu ini berkata, "Saya ikut KKR Kesembuhan Ilahi dulu, jika kista saya masih ada maka saya akan menjalani operasi, jika kista saya hilang maka saya tidak jadi operasi." Dokter kandungan saya yang kebetulan juga seorang hamba Tuhan ini dengan tenang berkata, "Ibu, jangan salah mengartikan kuasa Tuhan, karena Tuhan juga bisa menyembuhkan kita melalui tangan dokter." Yesus tidak pemah menentang obat d an dokter karena Dia bisa memakai keduanya sebagai perantara kesembuhanNya. "Yesus mendengamya dan berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit' (Matius 9:12). Para dokter bisa dipandang sebagai karunia Allah kepada kita, sebagai sarana yang melalui mereka Allah memberi kesembuhan dan pemulihan. Pada saat yang sama, iman dan kepercayaan kita haruslah kepada Allah, bukan kepada dokter atau obat-obatan. Doa yang kita naikkan akan menembus segala kemustahilan dan ketidakmungkinan, iman yang kita pegang teguh akan menggapai mujizatNya. Allah kadang-kadang mengizinkan kita mengalami penderitaan di mana kita merasa tidak mampu dan tidak sanggup menghadapi supaya kita datang kepadaNya, supaya kita dapat melihat mujizat dan kemenangan di balik penderitaan yang kita alami. Di atas kayu salib Dia memikul kelemahan kita, juga menanggung penyakit kita, dan merampungkan kesembuhan yang sempuma bagi kita. "Hal ini terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.' (Matius 8:17). Kiranya khotbah ini boleh membawa manfaat bagi kita, memperkuat keyakinan dan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus, Dokter atas segala dokter, dan bolehlah kita yang sakit beroleh mujizat dan kesembuhan. Tuhan memberkati. Amin. 



 ( Oleh : Lenny Sifera Neman, S.T. )

sumber:  ARTIKEL MP GPPS


Renungan: Hidup di dunia redup

“Dengarkanlah baik-baik segala yang kuperintahkan kepadamu, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya, apabila engkau melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahmu” (Ul 12:28).

Jaman sekarang sedang mengaburkan moralitas manusia. Orang-orang sedang dibawa pada hal-hal yang bersifat materi dan bergantung pada mentalitas persaingan. Mereka kurang peduli dengan lingkungan, karena sudah sibuk dengan diri sendiri dan kelompoknya. Kekayaan menjadi simbol kesuksesan mereka. Siapa yang kaya akan mendapat penghargaan yang lebih baik. Mereka lebih suka pada hal-hal yang bersifat seleberation, emosional dan berbau mistik. Mereka lebih mementingkan trend-trend dunia daripada Kebenaran Firman Allah. Semua itu terjadi karena mereka salah menghadapi tantangan hidup. Tanpa disadari, mereka sedang membawa diri mereka dalam dunia yang redup. Dunia yang tidak memiliki kepastian.
Kitab Ulangan ditulis ketika umat Israel berada pada keragu-raguan terhadap janji-janji Tuhan mengenai kesejahteraan hidup, karena mereka selalu diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan hidup. Namun ternyata jawaban dari hal tersebut adalah ketika hidup selalu didasarkan pada kebenaran manusia (ay. 8). Sesungguhnya Tuhan sedang membawa orang percaya menuju pada kebahagiaan hidup di balik setiap tantangan yang dihadapinya (bnd. Yer 29:11). Melalui nats pokok renungan hari ini, ada tiga makna rohani berkenaan dengan “hidup di dunia redup”, yaitu: pertama, tantangan itu sedang melatih hidup agar tidak menuruti kehendak pribadi (ay. 1, 8). Kedua, tantangan itu memotivasi hidup agar selalu mengingat dan memandang janji Tuhan (ay. 2-4, 9-12). Dan ketiga, tantangan itu sedang membentuk kedisiplinan diri untuk mempersembahkan segala aspek kehidupan kepada Tuhan (ay. 5-6, 13-27). Ketika kita mempunyai pandangan seperti itu mengenai tantangan hidup, maka kita tidak akan seperti seorang yang tidak punya harapan yang selalu menangisi hidupnya, tetapi akan selalu bersukacita dan berkarya karena kita menyadari bahwa berkat Tuhan tidak akan pernah berhenti di tengah-tengah tantangan hidup yang kita alami (ay. 7, 28).

Renungkan:
Dunia yang penuh dengan tantangan adalah tempat yang Tuhan sediakan bagi orang percaya untuk mendewasakan imannya. Takutkah saudara terhadap tantangan?
Doakan:
Hamba Tuhan dan umat Tuhan yang saat ini sedang menghadapi tantangan agar Tuhan memberikan jalan keluar.


sejarah singkat berdirinya GEREJA PANTEKOSTA PUSAT SURABAYA

          GPPS didirikan pada 25 Februari 1964 dan berpusat di Surabaya, yang hadir untuk memperhatikan kepentingan agama Kristen pada umumnya, dan gereja-gereja aliran Pantekosta pada khususnya. Selain memberitakan Injil, GPPS juga mendirikan sekolah Alkitab dan sekolah-sekolah Kristen.

 

Pendiri

Pdt. Ishak Lew Lewi Santoso (lahir di Kanton, Tiongkok tahun 1907) datang ke Indonesia sebagai pedagang. Dan sebagai pedagang ia mengenal propinsi Jawa Timur, khususnya kota Surabaya. Ia mengenal kondisi orang-orang perantauan di Indonesia. Dengan kemampuan bahasa yang sangat sederhana ia belajar berkomunikasi dan mengenal budaya dan masyarakat Indonesia di sekitarnya. Sebagai pedagang yang ulet, tahan uji, dan pekerja keras, ia berhasil dalam usahanya. Alam masyarakat dan budaya Indonesia memberikan tempat yang sangat istimewa di dalam hatinya, terbukti ia berkeinginan tinggal di Indonesia selamanya.

Dalam pergumulan perdagangan dan usahanya, ternyata bahwa Tuhan mempunyai maksud lain dalam hidupnya, yang kemudian membangunkan jiwa pengabdian dalam pelayanannya bagi Allah dan untuk Allah. Dalam hal ini, kehadiran Ibu Rebeka sebagai pendamping yang sangat berperan dalam hidupnya. Bapak Ishak Lew Lewi Santoso bertobat pada tahun 1933 dan menjadi jemaat di GPdI di Jl. Rajawali, Surabaya, yang digembalakan oleh Pdt. Mamahit.

Perjumpaannya dengan Bapak Ev. Van Gessel (alm) telah mengubah seluruh perjalanan hidupnya. Jiwa dagang yang semula dimilikinya telah diubah menjadi seorang hamba Tuhan yang siap menyerahkan segala-galanya bagi pekerjaan Tuhan.
Pada tahun 1942, ia mulai membuka pos-pos Pengabaran Injil di daerah Jawa Timur seperti : Sepanjang, Malang, Lawang, Madiun, Krian dan kemudian di Surabaya.
Pada tahun 1946 berdirilah sidang Tuhan dengan nama Geredja Pantekosta di Indonesia Tjabang Sawahan Surabaja (dialihkan dalam ejaan baru menjadi: Gereja Pantekosta di Indonesia Cabang Sawahan Surabaya).

Seiring berlalunya waktu, situasi dan kondisi, Gereja Pantekosta Sawahan mulai menunjukkan kevaliditasannya sebagai tubuh Kristus yang berfungsi untuk membawa banyak orang kepada pengenalan akan Yesus Kristus dan kebenaranNya. Kebangunan rohani disertai tanda-tanda ajaib dan mujizat serta kuasa Allah yang menyertainya, di iringi dengan perjuangan dan pergumulan yang luar biasa, maka apa yang ditanam membuahkan hasilnya.
Dalam usianya yang sudah lanjut, ia masih menggembalakan lebih 36.000 anggota jemaat GPPS di Surabaya, memimpin lembaga-lembaga sosial dan pendidikan, dan menjabat sebagai Ketua Umum Majelis besar GPPS se-Indonesia.

 

Sumber: Wikipedia GPPS