Jumat, 29 April 2016

Alasan memuji Tuhan dan bahan bakar memuji Tuhan


Alasan Memuji Allah
Mazmur 65

Terlalu banyak hal dalam hidup kita yang dapat dijadikan alasan untuk memuji Allah. Mazmur ini menyebutkan beberapa hal.

Mazmur ini merupakan nyanyian biasa yang dinyanyikan pada akhir musim panen. Umat Allah mengingat akan kasih setia Tuhan. Di tengah pelanggaran umat-Nya, tetap ada belas kasihan-Nya. Ada pengampunan (4) yang terlihat melalui hujan yang dicurahkan sehingga tanaman dapat bertumbuh dengan baik, bahkan menghasilkan panen yang melimpah.

Pemazmur menyatakan bahwa Allah layak dipuji karena mendengar doa (1-3). Allah memilih dan membawa orang-orang pilihan-Nya mendekat diam di pelataran-Nya (5). Tindakan Allah juga terlihat di alam semesta. Melalui kedahsyatan perbuatan-Nya dan keadilan-Nya, Allah menjawab dan menyelamatkan umat-Nya. Hal ini dapat disaksikan oleh seluruh bumi (6). Allah mampu menegakkan gunung-gunung dengan kekuatan-Nya dan Allah memiliki keperkasaan (7). Allah mampu menenangkan baik deru lautan dan gelombang, bahkan manusia dan bangsa-bangsa (8). Kebesaran Allah ini disadari oleh seluruh bumi sehingga semua takut dan bersorak-sorak (9). Allah juga menyediakan yang dibutuhkan manusia, yaitu tanah, air, kelimpahan, dan ketersediaan gandum (10-11). Tuhan memberkati tahun-tahun, waktu yang dilalui oleh alam semesta sehingga semua di dalamnya dapat bersorak-sorak dan bernyanyi-nyanyi (12-14).

Melihat semua catatan di atas, mengapa tidak memuji Tuhan? Sangat mudah untuk melihat kelemahan, kesulitan yang kita hadapi dan mempersalahkan Tuhan. Kalau kita jujur memperhatikan kehidupan saat ini, bagaimana kita masih bisa bertahan dan memperoleh kehidupan seperti sekarang? Semua karena Tuhan bukan datang menolong pada peristiwa tertentu di masa lalu. Tuhan mengampuni dosa-dosa dan memulihkan hubunganNya dengan kita. Dia juga memulihkan dan memberkati kehidupan keseharian kita.

Renungkan: Pujilah Tuhan hai jiwaku karena Dia senantiasa melakukan perbuatan ajaib dalam hidupmu!

Bahan Bakar Pujian
Mazmur 66

Ketika bertemu dengan ibadah di gereja yang tampak suam-suam kuku dan tidak bersemangat, hikmat hari ini biasanya menyatakan bahwa masalahnya ada pada lagu-lagunya, pemimpinnya ataupun alat musiknya. Tampaknya kita lupa dan mengabaikan hal yang lebih penting dari itu, yaitu masalah kehabisan "bahan bakar" untuk ibadah kita. Bahan bakar seperti apakah itu?

Kita melihat dalam Mazmur 66 bahwa pemazmur dikuasai perasaan takjub dan sukacita yang akhirnya menghasilkan ajakan untuk memuji Tuhan (1, 8). Jadi, perasaan takjub dan sukacita itulah yang menjadi "bahan bakar" untuk luapan puji-pujian dan ajakan untuk memuji Allah.

Dari mana "bahan bakar" tersebut diperoleh? Jawabannya terletak pada perenungan yang dilakukan oleh pemazmur atas pengalaman bersama maupun pribadi atas karya Allah. Perasaan takjub dan sukacita itu timbul saat pemazmur mengingat karya-karya Allah yang telah dialami umat-Nya di masa lalu (5-6).

Perasaan sukacita juga timbul tatkala pemazmur merenungkan tentang sosok Allah sebagai Hakim yang berdaulat (6b-7) dan yang berperan sebagai pembebas dan penyelamat umat-Nya (8-12).

Di bagian berikutnya kita melihat bahwa rasa takjub dan sukacita itu juga bersumber dari pengalaman pribadi pemazmur (13-20). Pemazmur mengalami perlakuan Allah yang menakjubkan dan menimbulkan sukacita, yaitu dalam bentuk doa yang didengar (19). Perasaan takjub dan sukacita adalah "bahan bakar" untuk pujian yang otentik. Untuk memperoleh bahan bakar tersebut, kita perlu memerasnya lewat perenungan akan karya dan pribadi Allah. Hari ini kalau ada masalah pada ibadah yang suam-suam kuku, mungkinkah masalahnya terletak pada kondisi kita yang minus refleksi akan karya Allah dan bukannya pada musik ataupun pada jenis lagu yang digunakan?

Renungkan: Mari kita belajar sungguh-sungguh merenungkan segala karya Allah yang telah kita alami dan meresponinya dengan pujian yang sungguh pula.


Sumber:
Santapan harian