Minggu, 11 Agustus 2019

Belenggu-Belenggu Penghalang Kemerdekaan (4)



(sambungan)

Suatu kali gembala saya mengatakan bahwa biasanya orang akan sulit mengampuni apabila mereka tidak menyadari bahwa itu baik bagi diri mereka sendiri. Dan saya rasa itu tepat sekali. Kalau kita mengira bahwa mengampuni hanya akan menguntungkan orang yang menyakiti kita maka kita akan sulit melakukan itu. Buat apa menguntungkan orang yang sudah menyakiti kita? Tapi kalau kita sadar bahwa pengampunan itu memerdekakan iman, membuat doa kita dan turunnya mukjizat besar Tuhan tidak terhalang, dan juga menjauhkan kita dari berbagai penyakit yang bisa membunuh kita serta membuat kita hidup jauh dari rasa bahagia, damai sejahtera dan sukacita, akankah kita masih mempertahankan kebencian dan enggan melepaskan pengampunan?

Orang bisa menyakiti kita begitu rupa sehingga kita sepertinya tidak lagi punya alasan apapun untuk bisa memaafkan, terlebih bila yang mereka lakukan menyisakan trauma dan penderitaan yang harus kita pikul untuk waktu yang lama. Tapi biar bagaimanapun sudah menjadi perintah Tuhan bagi kita untuk bisa mengampuni, dan karena itulah kita wajib mentaatinya. Kekuatan kita mungkin terbatas, tapi serahkanlah kepada Tuhan dan mintalah Roh Kudus untuk menguatkan diri kita hingga membuat kita sanggup memberikan pengampunan di luar batas kemampuan kita.

Tuhan sesungguhnya tidak sabar untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Dia tidak sabar untuk menjawab doa-doa kita yang tetap menanti-nantikan Dia tanpa putus pengharapan. Kembali kepada kitab Yesaya, kita bisa mendapati ayat berikut ini: "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18).

Seandainya anda masih merasa adanya ganjalan saat mencoba menikmati hubungan secara langsung dengan Tuhan, sekiranya anda telah berdoa untuk sesuatu dan tidak kunjung memperoleh jawaban, tidak ada salahnya untuk kembali memeriksa hati anda. Jika anda menemui ganjalan terhadap seseorang, masih merasakan atau menyimpan sakit hati atau dendam, segeralah bereskanlah itu terlebih dahulu. Mintalah dan ijinkanlah Roh Kudus untuk membantu anda mengeluarkannya dari hati anda.

Bebaskan iman anda dari belenggu kepahitan, sakit hati dan dendam, dan merdekakanlah iman anda dengan segera dengan memberi pengampunan agar anda punya kesempatan menyaksikan bagaimana Tuhan menjawab doa-doa anda dengan begitu luar biasa.

Forgiveness is for us, so that we don't have to carry the burden and loose our connection with God
----------------------------------
Source: www.renunganharianonline.com

Belenggu-Belenggu Penghalang Kemerdekaan (3)



(sambungan)

Tentu saja bukan kebetulan jika Yesus menopang gabungan kedua kalimat itu. Dan saya percaya rangkaian ucapan Yesus dalam Markus 11:24-26 ini bukanlah sesuatu yang terpisah. Tuhan Yesus ingin kita sadar bahwa mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita adalah dasar utama untuk menerima sesuatu dari Tuhan. Tuhan sendiri sudah menunjukkan sikap tersebut terlebih dahulu. Dia selalu siap mengampuni kesalahan kita sebesar apapun. Tapi lihatlah bahwa itu bisa terjadi apabila kita mau mengampuni kesalahan orang. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga." (Matius 6:14).

Pesan yang sangat penting dikemukakan Yesus lewat sandingan ayat antara menerima apa yang kita doakan dengan memberikan pengampunan kepada orang-orang yang sudah menyakiti kita: Jangan berharap doa kita didengar jika kita masih menyimpan sakit hati dan dendam terhadap orang lain. Jangan berharap mendapat jawaban dan pertolongan kalau kita masih tidak bersedia atau berat melepaskan pengampunan.

Dengan kata lain, kita tidak akan dapat memperoleh pengabulan doa dan dendam dalam hati kita sekaligus. Kita tidak akan bisa mendapatkan jawaban dan pertolongan kalau iman kita belum merdeka dari dendam, benci dan apapun yang memubat kita masih kesulitan untuk bisa melepaskan pengampunan.

Tuhan akan selalu memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Dia memberikan pengampunan yang sebenarnya sangat banyak bagi setiap kita. Bayangkan kalau kesempatan diampuni cuma satu, dua atau maksimal tiga kali, setelah itu tiada maaf bagimu. Kalau itu yang terjadi, habislah kita.

Seringkali kita menetapkan standar ganda dalam hal ini. Di satu sisi kita ingin diampuni setiap kali melakukan pelanggaran. Kita ingin Tuhan segera mengampuni kita saat kita mengakui dosa kita. Dan tentu saja Tuhan melakukan itu. Firman Tuhan dalam Yesaya 1:18 bahkan mengatakan, sekalipun dosa kita merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Tuhan siap melakukan itu segera setelah kita mengakui dosa kita. Tetapi saat kita harus mengampuni orang, itu sulitnya bukan main dan kita sering anggap tidak mungkin. Itu adalah sebuah standar ganda. Di satu sisi kita ingin diampuni, di sisi lain kita sulit mengampuni.

Kalau Tuhan yang Maha Besar saja mau seperti itu, sudah seharusnya kita pun berlaku sama terhadap sesama kita. Menyimpan dendam tidak akan membawa manfaat selain akan menimbulkan berbagai penyakit dan membuat kita tidak bisa melangkah maju. Selain itu, terus mendendam dan tidak mau mengampuni pun akan membuat doa-doa kita terhalang, membelenggu iman kita sehingga tidak bisa tumbuh bahkan menghilangkan kesempatan kita untuk menerima pengampunan dari Tuhan.

Kemampuan melepaskan pengampunan ini sangatlah memegang peranan penting bagi pertumbuhan iman kita dan sangat menentukan terhadap apakah doa kita didengar Tuhan atau tidak. Saya tahu bahwa itu bisa sangat sulit, apalagi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk bisa memberikan pengampunan.
-----------------------------------------
Source: www.renunganharianonline.com

Belenggu-Belenggu Penghalang Kemerdekaan (2)



(sambungan)

Itu merupakan penghalang atau pemutus hubungan kita dengan Tuhan. Jadi kalau rasanya sulit untuk terhubung dengan Tuhan atau doa rasanya tidak kunjung dijawab, ada baiknya perhatikan ulang lagi hidup kita, apakah masih ada dosa yang kita biarkan bercokol baik sadar maupun tidak.

Perlakuan suami terhadap istri yang tidak bijaksana pun bisa menghalangi kita menjadi orang-orang yang merdeka imannya. Firman Tuhan berkata: "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7). Suami yang masih otoriter, kasar, tidak menghargai, melakukan kekerasan, suka membohongi atau bahkan menduakan istrinya berarti tidak menghormati istri sebagai teman pewaris dari kasih karunia, dan itu akan membuat doa-doa menjadi terhalang.

Selain hal-hal di atas, ada satu lagi penghambat doa-doa kita didengar Tuhan, yaitu ketika kita masih menyimpan dendam dan belum bisa memberikan pengampunan terhadap seseorang yang pernah melukai perasaan kita atau merugikan hidup kita. Itu artinya, iman kita masih belum merdeka kalau kita masih belum bisa mengampuni.

Banyak orang tidak menyadari betapa eratnya hubungan antara iman dan pengampunan. Yesus pernah mengajarkan mengenai hubungan ini ketika memberi nasihat tentang doa (Markus 11:20-26). Dalam perikop ini syarat yang diberikan Yesus agar kita bisa memiliki iman yang sanggup mencampakkan gunung ke laut adalah keteguhan hati kita. Tidak bimbang, tidak goyah, tetap percaya. Jika kita memiliki iman demikian, maka hal itu akan terjadi. Demikian kata Yesus dalam ayat 23. Kemudian Yesus melanjutkan lewat ayat yang sudah begitu kita kenal dengan baik. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (ay 24). Iman yang kuat akan membuat kita bisa percaya penuh kepada Tuhan.

Ayat ini sudah sangat familiar bagi kita. Tapi ada hal yang menarik yang mungkin masih jarang kita bahas atau perhatikan. Mari kita lihat ayat apa yang langsung menyambung ayat dalam Markus 11:24 itu. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (ay 25). Bahkan kemudian ditekankan lagi dengan hal sebaliknya: "Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (ay 26).

Sekarang mari perhatikan bukan cuma ayat 24, tapi bacalah hingga ayat 26 sebagai satu bagian yang tidak terpisah.

Rangkaian ayat ini sesungguhnya menunjukkan sebuah kaitan yang sangat erat antara iman dan pengampunan. Sebelum kita berdoa dan berharap menerima apa yang kita minta, kita wajib terlebih dahulu mengampuni orang-orang yang masih mengganjal dalam hati kita. Artinya, doa hanya akan berakhir sia-sia jika kita belum melepaskan sakit hati atau dendam yang masih bercokol di dalam hati kita dan memberi pengampunan.
-------------------------------------------
Source : www.renunganharianonline.com

Belenggu-Belenggu Penghalang Kemerdekaan (1)



Ayat bacaan: Markus 11:25
======================
"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."


Bangsa Indonesia dalam sejarahnya pernah mengalami oleh beberapa negara. Yang terlama tentu saja Belanda terutama di pulau Jawa. Belanda mulai masuk ke Indonesia di awal tahun 1600 hingga 1942, kemudian digantikan Jepang selama 3,5 tahun. Jepang hanya terbilang sebentar, tapi kekejaman bangsa negara matahari terbit ini menyisakan luka yang masih membekas baik bagi keturunan korbannya maupun bagi sejarah bangsa. Lalu beberapa ratus tahun sebelumnya ada Portugis dan Spanyol. Inggris pun sempat masuk dan menguasai pulau Jawa selama 1811-1816. Thomas Stamford Raffles adalah gubernur jendral yang diangkat pemerintah Inggris pada saat itu merupakan nama yang masih diingat terutama karena ia dicantumkan dalam pelajaran-pelajaran sejarah dan namanya juga diabadikan pada sebuah bunga parasit berukuran terbesar di dunia. Kalau Jepang yang melakukan praktek romusha dan kekejian lainnya terutama pada kaum wanita, Belanda sempat kembali mencoba masuk setelah bangsa ini merdeka dan melakukan agresi militernya beberapa kali.

Jadi bangsa kita seharusnya sudah tahu bagaimana berat dan kejamnya penderitaan sebagai bangsa terjajah. Sayangnya ada banyak orang yang hingga hari ini masih lebih memilih dijajah daripada hidup dalam kemerdekaan. Termasuk pula orang percaya. Bukan, kita bukan lagi dijajah oleh Belanda, Jepang dan sebagainya, melainkan oleh berbagai bentuk dosa sebagai produk dari si jahat. Banyak dari kita yang belum sepenuhnya merdeka, atau malah belum merdeka sama sekali. Kita sudah ditebus dari kutuk dosa, tetapi banyak yang masih hidup dibawahnya. Harusnya sudah tidak lagi dibelenggu dan bisa berlari maju untuk meraih masa depan yang baik sesuai rencana Tuhan yang indah, tapi malah memilih untuk terus dibelenggu jerat berbagai dosa.

Mengapa bisa seperti itu, padahal Yesus sudah memerdekakan kita ribuan tahun lalu? Kita yang sudah merdeka masih bisa terjajah karena keputusan kita sendiri yang masih mengijinkan kejahatan dosa berkuasa atas kita. Keputusan-keputusan atau perilaku kita sendiri yang bertentangan dengan Firman Tuhan membuat kita hidup bagai budak di alam kemerdekaan.

Menjadi budak di alam kemerdekaan, itu menyedihkan. Itu membuat kita tidak bisa meraih apa yang menjadi rencana Tuhan atas hidup kita. Itu akan membuat kita gagal hidup dalam kasih karunia dan karenanya gagal untuk menerima hidup yang kekal yang padahal sudah diberikan Kristus buat kita. Kita terhalang dari segala berkat dan terpisah jauh dari Tuhan. Karya penebusan Kristus yang juga memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan seharusnya kita hargai sebagai sesuatu yang luar biasa besarnya.

Bayangkan, kita tidak lagi perlu untuk melalui perantaraan nabi jika ingin berhubungan dengan Tuhan. Setiap saat kita bisa menghampiri tahta karuniaNya yang kudus dan duduk di kakiNya untuk mendengar apa yang ingin Dia katakan pada kita. Tapi banyak orang yang sebenarnya sudah percaya masih terikat pada berbagai dosa dan karenanya kembali terputus hubungan dengan Tuhan. Harusnya sudah sangat dekat malah jadi tambah jauh. Itu adalah sesuatu yang ironis dan menyedihkan. Betapa sedihnya Yesus saat menyadari bahwa penderitaannya mengalami siksaan sampai wafat di kayu salib dibuang sia-sia oleh orang yang masih memilih untuk tunduk atau menghamba pada dosa.

Sebuah ayat dalam kitab Yesaya berkata: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).

Ayat ini sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar dari kita, tetapi apakah kita sudah benar-benar merenungkannya? Adalah dosa-dosa yang kita biarkan terus bercokol di dalam diri kita yang bisa membuat doa-doa kita terhalang untuk mendapatkan jawaban.
--------------------------------------------

Source: www.renunganharianonline.com