Jumat, 24 Juni 2016

Tantangan, didikan dan kemenangan

“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”
- 1 Korintus 9:16 -

Siapakah orang-orang di dalam zaman ini yang masih memikirkan penginjilan? Siapakah pemuda-pemuda di tengah zaman ini yang masih merasa dirinya adalah manusia celaka ketika ia tidak memberitakan Injil? Lihatlah, saking sedikitnya orang yang mengabarkan Injil, akibatnya mereka yang berapi-api menginjili dan menjangkau jiwa terlihat sebagai orang-orang yang aneh, berlebihan. Sebaliknya mereka yang adem ayemjustru dinilai waras dan normal. Kita ini generasi celaka! Ya, celaka, dan akan selama-lamanya celaka kecuali kita dibangunkan, kecuali kita berubah.

Akan ada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) besar di akhir tahun 2011 ini, tak tanggung-tanggung, Stadion Utama Gelora Bung Karno akan menjadi tempatnya. Tempat ini kalau dimaksimalkan bisa memuat sekitar 120.000 orang di dalamnya. Bisa Anda bayangkan? 120.000 manusia! Ah, sebuah kerinduan yang sangat mulia, bukan? Puluhan, ratusan ribu orang akan beribadah kepada Tuhan dan mendengarkan Injil Yesus Kristus! Betapa indahnya!

Ya, mulia memang. Dan ya, indah memang. Tetapi permisi tanya, siapa yang mau berjuang mengerjakan hal yang besar ini dari awal sampai jadi? Adakah di antara kita?

Generasi ini adalah generasi yang bengkok hatinya, generasi yang tidak lagi mencari Tuhan. Tidak, generasi ini bukannya membenci Tuhan, karena jikalau membenci, paling tidak Tuhan masih dianggap ada. “Masa bodoh terhadap Allah, Dia boleh ada boleh tidak ada, tidak ada urusannya denganku”, inilah yang secara sadar maupun tidak sedang diserukan oleh zaman ini. Betapa menyedihkan! Tantangan zaman jelas semakin besar di depan mata kita, semakin besar jugakah api di dalam hati kita? Semakin besar jugakah semangat perjuangan kita sebagai Gereja Tuhan?

Tantangan zaman tersebut terkonfirmasi dalam sebuah event Pra-KKR Jakarta 2011 yang baru lewat, yaitu KKR Mahasiswa wilayah Grogol. Ya, ada semacam rally KKR dan seminar mahasiswa yang lebih kecil yang diadakan terlebih dahulu sebagai pekerjaan Humas untuk menjangkau mahasiswa di seluruh Jakarta menuju ke KKR Jakarta 2011 di Gelora Bung Karno. Betapa sulitnya menjangkau mahasiswa! Bahkan mahasiswa-mahasiswa Kristen pun, orang-orang yang menjadi pemimpin persekutuan mahasiswa di kampus-kampus pun, hampir tidak ada yang dapat melihat urgensi penginjilan. Penolakan demi penolakan dari orang-orang Kristen sendiri harus dihadapi. Kesulitan mempersatukan visi, kesulitan menggerakkan para pemuda untuk bekerja bagi Tuhan sangatlah nyata. Diam sajakah kita, Gereja Tuhan, melihat hal seperti ini berlangsung? Sungguh besar anugerah Tuhan atas kita, jikalau kita adalah bagian dari sekelompok kecil pemuda Kristen di tengah zaman ini yang dibangunkan Tuhan.

Lebih jauh lagi, KKR Mahasiswa perdana tersebut telah dipakai Tuhan untuk mendidik orang-orang yang terlibat dalam pelayanan. Setiap permasalahan yang muncul sampai saat-saat terakhir sekalipun telah Tuhan pakai untuk menunjukkan kepada anak-anak-Nya bahwa jikalau pekerjaan Tuhan jadi, itu bukanlah karena sumbangsih atau kebolehan manusia dalam merencanakan sebuah event. Setiap pengharapan panitia di saat-saat terakhir diperas habis sampai semuanya mengerti bahwa tidak ada bagian yang dapat dikategorikan sebagai jasa manusia di dalam pekerjaan ini.

Sungguh, Allah adalah Allah yang hidup! Ia dengan tangan-Nya sendiri telah mendatangkan ratusan mahasiswa untuk hadir beribadah dan mendengar Firman. Ia dengan kuasa-Nya sendiri telah memenangkan hati orang-orang yang dikasihi-Nya. Ia dengan cara-Nya sendiri telah mendidik umat-Nya untuk menjadi pelayan-pelayan yang semakin bertumbuh di hadapan-Nya.

Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik! Betapa berbahagianya orang-orang yang bisa menikmati sorga di tengah-tengah dunia; menikmati didikan Allah, menikmati pekerjaan-Nya! Ya, Allah adalah Allah yang mengizinkan Gereja-Nya ditekan oleh setiap tantangan zaman, sekaligus adalah Allah yang menjanjikan kemenangan pada akhirnya. Bukan karena Gereja bisa menang dengan kekuatannya sendiri, tetapi karena Allah memang adalah Allah yang telah menang dan memanggil Gereja-Nya untuk menyatakan kemenangan-Nya di tengah dunia.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Source: www.buletinpillar.org

Jumat, 10 Juni 2016

JANJI TUHAN PASTI DIGENAPI

Baca:  Roma 4:18-25

"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Roma 4:19


         Kebimbangan adalah senjata ampuh yang dipakai Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya.  Rasa bimbang inilah yang mengakibatkan doa-doa kita tidak beroleh jawaban dan kita tidak dapat menikmati janji Tuhan.  Tertulis:  "asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23b).  Yakobus juga menegaskan bahwa  "...orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Banyak anak Tuhan yang mudah kecewa, menyerah di tengah jalan dan tidak lagi bertekun mencari Tuhan saat mereka belum mengalami penggenapan janji Tuhan.

     Mari kita belajar dari kehidupan Abraham yang tetap tekun menantikan janji Tuhan meski harus melalui proses yang begitu lama.  Alkitab mencatat bahwa Tuhan menjanjikan keturunan kepada Abraham, bahkan Dia akan membuat keturunannya seperti debu tanah banyaknya  (baca  Kejadian 13:16)  dan juga seperti bintang-bintang bertebaran di langit  (baca  Kejadian 15:5).  Terhadap janji Tuhan ini  "...percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."  (Kejadian 15:6).  Padahal secara manusia itu mustahil, karena pada saat menerima janji Tuhan itu usia Abraham sudah tua dan rahim isterinya sudah tertutup karena juga sudah berusia lanjut.  Karena itu mereka sempat tertawa ketika mendengar janji Tuhan tersebut.  Tapi akhirnya janji Tuhan benar-benar digenapi,  "Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.  Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya."  (Kejadian 21:2, 5).

     Proses penantian Abraham terhadap janji Tuhan ini bukanlah pekerjaan yang mudah karena ia harus menantikan janji Tuhan dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan selama bertahun-tahun. 

Baca:  Habakuk 2:1-5

"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. Habakuk 2:3

       Benar apa yang dikatakan oleh pemazmur demikian,  "Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Nabi Habakuk memberi nasihat agar kita tidak putus asa dan terus menanti-nantikan Tuhan pada waktu kelihatannya janji Tuhan itu berlambat-lambat, karena pada saatnya  "...sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (ayat nas).  Inilah yang dilakukan oleh Abraham:  Tidak bimbang dan tetap menanti janji Tuhan, "...malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20-21).  Abraham tidak terpengaruh dengan situasi dan kondisi yang ada, tapi berusaha untuk menyingkirkan segala kebimbangan yang ada dan menguatkan iman percayanya bahwa Tuhan yang ia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa untuk melakukan segala perkara.

     Bagaimana kita?  Seringkali sikon mempengaruhi sikap kita terhadap janji Tuhan.  Kita dikalahkan dengan apa yang terlihat oleh mata jasmani kita sehingga kita pun bertanya dalam hati,  "Apakah benar janji Tuhan itu?  Apakah Tuhan sanggup menyembuhkan sakitku, sedangkan dokter saja sudah angkat tangan?"  Mari, jangan biarkan logika kita membatasi cara Tuhan bekerja karena sampai kapan pun kita tidak akan mampu menyelami pikiran Tuhan,  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Justru dalam keadaan demikian, kita harus makin melekat kepada Tuhan.

     Banyak dari kita yang tidak lagi bersemangat mengiring Tuhan dan meninggalkan jam-jam ibadahnya oleh karena kita belum memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita.  Bukannya Tuhan lupa dan ingkar terhadap apa yang Dia janjikan, namun terkadang Tuhan ijinkan hal itu terjadi karena Dia ingin memproses dan mendewasakan kita.

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  1 Korintus 2:9


Source: www.jc.kok.blogspot.co.id